MAKALAH
BELAJAR
DAN PEMBELAJARAN
“TEORI – TEORI BELAJAR”
Disusun
dalam rangka memenuhi mata kuliah Belajar Dan Pembelajaran yang dibimbing oleh Dra. Hasmalena,M.Pd
Disusun oleh :
Angguspa Selvera
(0614118149064)
Dina Juniarti (06141181419061)
Miranda Oktalia (06141181419012)
Puput
Maryani (06141181419002)
Siska
Sari (06141181419060)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU ANAK USIA DINI
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami
panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa Atas Berkat dan rahmatnyalah kami bisa
menyelesaikan tugas Makalah ini dengan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas akademik Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini tahun ajaran 2016.
Adapun topik yang dibahas didalam makalah ini adalah Teori Teori Belajar. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Hasmalena sebagai dosen pembimbing yang telah membimbing kami didalam menyusun
makalah ini.
Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi untuk tersajinya makalah ini.
Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, hal itu
dikarenakan keterbatasan yang ada. Sehingga kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca. Kiranya makalah ini bisa memberikan banyak
manfaat bagi kehidupan kita semua. Atas perhatiannya, saya ucapkan terima kasih.
Inderalaya, Januari 2016
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………................ i
DAFTAR ISI ….…………………………………………………………………............…… ii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
………………………………………………………………………... 1
B. Rumusan Masalah
……………………………………………………………………. 1
C. Tujuan ………………………………………………………………………………… 1
PEMBAHASAN
A. Definisi Belajar dan
Pembelajaran.............................................................................2
B. Teori-Teori Belajar. ………………………………………….……………….......…… 3
1.Teori
Behaviorisme.................................................................................................3
2.Teori Belajar Kognitif.............................................................................................6
3.Teori Perkembangan
Kognitivisme.........................................................................9
C.
Hakikat Belajar di Taman Kanak-Kanak...................................................................10
D.
Pembelajaran yang Berorientasi
Perkembangan........................................................10
PENUTUP
A. Kesimpulan ……..……………………………………………….…………….………
13
B. Saran.........................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA
……..………………………….………………………………...............14
ii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar sebagai suatu proses berfokus pada apa yang
terjadi ketika belajar berlangsung. Penjelasan tentang apa yang terjadi
merupakan teori-teori belajar.Teori belajar adalah upaya untuk
menggambarkan bagaimana orang dan hewan belajar, sehingga membantu kita
memahami proses kompleks inheren pembelajaran.
Ada tiga kategori utama atau kerangka filosofis
mengenaiteori belajar, yaitu: behaviorisme, kognitivisme, dan
konstruktivisme . Behaviorisme hanya berfokus pada aspek objektif diamati
pembelajaran.Teori kognitif melihat melampaui perilaku untuk menjelaskan
pembelajaran berbasis otak. Dan pandangan konstruktivisme belajar sebagai
sebuah proses di mana pelajar aktif membangun atau membangun ide-ide baru atau
konsep.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
yang maksud dengan belajar dan pembelajaran ?
2. Apa
saja teori-teori belajar dan pembelajaran ?
C.
Tujuan
Masalah
1. Mengetahui
dan memahami tentang belajar dan pembelajaran.
2. Mengetahui
teori-teori belajar dan pembelajaran.
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Belajar Dan Pembelajaran
Belajar
adalah sebuah proses perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan
tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah
laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,
ketrampilan, daya pikir, dan kemampuan-kemampuan yang lain. Menurut Winkel, belajar adalah semua aktivitas mental
atau psikis yang berlangsung dalam interraksi aktif dalam lingkungan, yang
menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman.
Selain
itu menurut para ahli belajar adalah:
1. Menurut
Skinner, belajar adalah suatu perilaku.
Pada saat orang belajar, maka responnya lebih baik. Sebaliknya bila dia tidak
belajar responnya menurun.
2. Menurut
Gagne, belajar adalah kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas.
Setelah belajar orang memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai. Menurut Gagne dalam bukunya The Conditions of Learning 1977, belajar merupakan sejenis perubahan yang
diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang keadaaannya berbeda dari
sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan
yang serupa itu. Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau
latihan. Berbeda dengan perubahan serta-merta akibat refleks atau
perilaku yang bersifat naluriah.
3. Menurut
Ernest H. Higard, belajar adalah dapat melakukan sesuatu yang dilakukan sebelum
ia belajar atau bila kelakuannya berubah sehingga lain caranya menghadapi
sesuatu situasi daripada sebelum itu.
Jadi dapat disimpulkan dari pendapat para ahli,
bahwa belajar adalah suatu perilaku yang awalnya tidak tahu mnjadi tahu melalui
kegiatan yang kompleks dan terjadi akibat adanya suatu pengalaman dan
pelatihan.
B. TEORI-TEORI BELAJAR
1. Teori
Behaviorisme
Teori belajar
behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh
terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan danpembelajaran yang
dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya
perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang
memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek –
aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan,
bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar
semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan
yang dikuasai individu.
Belajar merupakan
akibat adanya interaksi antarastimulus dan
respon (Slavin, 2000:143). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia
dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang
penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.
Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon
berupa reaksi atau tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh
guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting
untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang
dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan
oleh guru(stimulus)
dan apa yang diterima oleh pebelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur.
Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting
untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran
behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan
ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula
bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka respon juga
semakin kuat.
(1) Reinforcement
and Punishment
(2) Primary
and Secondary Reinforcement
(3) Schedules
of Reinforcement
(4) Contingency
Management
(5) Stimulus
Control in Operant Learning
(6) The
Elimination of Responses (Gage, Berliner, 1984).
Teori
ini juga menghasilkan bebeapa hokum
belajar,diantaranya :
1. Connectionism
( S-R Bond) menurut Thorndike.
Dari eksperimen yang dilakukan Thorndike terhadap
kucing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya:
Law of Effect; artinya bahwa jika sebuah respons
menghasilkan efek yang memuaskan, maka hubungan Stimulus - Respons akan semakin
kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang dicapai respons, maka
semakin lemah pula hubungan yang terjadi antara Stimulus- Respons.
Law of Readiness; artinya bahwa kesiapan mengacu
pada asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal dari pemdayagunaan satuan
pengantar (conduction unit), dimana unit-unit ini menimbulkan kecenderungan
yang mendorong organisme untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.
Law of Exercise; artinya bahwa hubungan antara
Stimulus dengan Respons akan semakin bertambah erat, jika sering dilatih dan
akan semakin berkurang apabila jarang atau tidak dilatih.
2. Classical
Conditioning menurut Ivan Pavlov
Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap
seekor anjing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
Law of Respondent Conditioning yakni hukum
pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan
(yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus
lainnya akan meningkat.
Law of Respondent Extinction yakni hukum
pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melaluiRespondent
conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka
kekuatannya akan menurun.
3. Operant
Conditioning menurut B.F. Skinner
Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap
tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar,
diantaranya :
Law of operant conditining yaitu jika timbulnya
perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan
meningkat.
Law of operant extinction yaitu jika timbulnya
perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi
stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.
Reber (Muhibin Syah, 2003) menyebutkan bahwa yang
dimaksud dengan operant adalah sejumlah perilaku yang membawa efek
yang sama terhadap lingkungan. Respons dalam operant conditioning terjadi tanpa
didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh
reinforcer. Reinforcer itu sendiri pada dasarnya adalah stimulus yang
meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak
sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical
conditioning.
4. Social
Learning menurut Albert Bandura
Teori belajar sosial atau disebut juga
teori observational learning adalah sebuah teori belajar yang relatif
masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya. Berbeda dengan
penganut Behaviorisme lainnya, Bandura memandang Perilaku individu tidak
semata-mata refleks otomatis atas stimulus (S-R Bond), melainkan juga akibat
reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema
kognitif individu itu sendiri. Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa
yang dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi
melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling). Teori
ini juga masih memandang pentingnya conditioning. Melalui pemberianreward dan punishment, seorang
individu akan berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu
dilakukan.
KELEBIHAN
TEORI BEHAVIORISTIK
Dapat mengganti stimulus yang satu dengan stimulus
lainnya dan seterusnya sampai reson yang diinginkan muncul
Teori
ini cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan
yang mengandung unsur-unsur kecepatan,spontanitas,dan daya tahan
Teori behavioristik juga cocok diinginakan untuk melatih
anak-anak yang msih membutuhkan dominasi peran orang dewasa,suka mengulangi dan
dibiasakan,suka meniru dan sengan dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung.
KEKURANGAN
TEORI BEHAVIORISTIK
Cenderung mengarahkan siswa untuk berpikir
linier,konvergen,tidak kreatif,tidak roduktif dan cenderung mendudkkan siswa
sebagai individu yang pasif
Pembelajaran siswa yang berpusat oada guru dan
bersifat mekanistik dan hanya berorientasi pada hasil yang diamati dan di ukur.
Penerapan metode yang salah dalam pembeljaran
mengakibatkan terjadinya poses oembelajaran yang tidak menyenangkan bagi siswa.
2. TEORI
BELAJAR KOGNITIF
Peneliti yang mengembangkan kognitif ini adalah
Ausubel, Bruner, dan Gagne. Dari ketiga peneliti ini, masing-masing memiliki
penekanan yang berbeda. Ausubel menekankan pada apsek pengelolaan (organizer)
yang memiliki pengaruh utama terhadap belajar. Menurut Ausubel, konsep tersebut
dimaksudkan untuk penyiapan struktur kognitif peserta didik untuk pengalaman
belajar. Bruner bekerja pada pengelompokkan atau penyediaan bentuk konsep
sebagai suatu jawaban atas bagaimana peserta didik memperoleh informasi dari
lingkungan.
Bruner
mengembangkan teorinya tentang perkembangan intelektual, yaitu:
1. enactive,
dimana seorang peserta didik belajar tentang dunia melalui tindakannya pada
objek
2. iconic,
dimana belajar terjadi melalui penggunaan model dan gambar
3. symbolic
yang mendeskripsikan kapasitas dalam berfikir abstrak
Prinsip-Prinsip
Konsep Belajar Kognitivisme
Prinsip-prinsip teori belajar bermakna Ausebel ini
dapat diterapkan dalam
proes belajar mengajar melalui tahap-tahap sebagai berikut:
proes belajar mengajar melalui tahap-tahap sebagai berikut:
1.
mengukur kesiapan peserta didik seperti minat, kemampuan dan struktur
kognitifnya melalui tes awal, interview, review , pertanyaanpertanyaan dan
lain-lain tehnik
2.
memilih materi-materi kunci, lalu menyajikannya dimulai dengan contoh-contoh
kongkrit dan kontraversial
3.
mengidentifikasi prinsip-prinsip yang harus dikuasi dari materi baru itu
4.
menyajikan suatu pandangan secara menyeluruh tentang apa yang harus dipelajari
5.
memakai advance organizers
6.
mengajar peserta didik memahami konsep-konsep dan
prinsip-prinsip yang ada dengan memberikan fokus pada
hubungan-hubungan yang ada
Menurut Hartley & Davies (1978), prinsip-prinsip
kognitifisme dari beberapa contoh diatas banyak diterapkan dalam dunia
pendidikan khususnya dalam melaksanakan kegiatan perancangan pembelajaran.
Prinsip-prinsip tersebut adalah
1.
Peserta didik akan lebih mampu mengingat dan memahami
sesuatu apabila pelajaran tersebut disusun berdasarkan pola
dan logika tertentu
2.
Penyusunan materi pelajaran harus dari yang sederhana ke yang rumit. Untuk
dapat melakukan tugas dengan baik peserta didik harus lebih tahu tugas-tugas
yang bersifat lebih sederhana
3.
Belajar dengan memahami lebih baik dari pada menghapal tanpa pengertian.
Sesuatu yang baru harus sesuai dengan apa yang telah diketahui siswa
sebelumnya. Tugas guru disini adalah menunjukkan hubungan apa yang telah
diketahui sebelumnya
4.
Adanya perbedaan individu pada siswa harus diperhatikan karena faktor ini
sangat mempengaruhi proses belajar siswa. Perbedaan ini meliputi kemampuan
intelektual, kepribadian, kebutuhan akan suskses dan lain-lain. (dalam Toeti
Soekamto 1992:36)
Peranan
Model Kognitivisme dalam Pembelajaran
1.
Model pembelajaran
kognitif bruner
Karakteristik
Teori :
Model ini sangat membebaskan peserta didik untuk
belajar sendiri. Teori ini mengarahkan peserta didik untuk belajar secara
discovery learning.
Langkah penerapan dalam pembelajaran :
Langkah penerapan dalam pembelajaran :
1.
Menentukan tujuan-tujuan instruksional
2.
Memilih materi pelajaran
3.
Menentukan topik-topik yang akan dipeserta didiki
4.
Mencari contoh-contoh, tugas, ilustrasi dsbnya., yang dapat digunakan peserta
didik untuk bahan belajar
5.
Mengatur topik peserta didik dari konsep yang paling kongkrit ke yang abstrak,
dari yang sederhana ke kompleks
6.
Mengevaluasi proses dan hasil belajar
2. model pembelajran bermakna ausubel
Karakteristik
Teori :
Dalam aplikasinya menuntut peserta didik belajar
secara deduktif (dari umum ke khusus) dan lebih mementingkan aspek struktur
kognitif peserta didik.
Langkah penerapan dalam pembelajaran :
Langkah penerapan dalam pembelajaran :
1.
Menentukan tujuan-tujuan instruksional
2.
Mengukur kesiapan peserta didik (minat, kemampuan, struktur kognitif)baik
melalui tes awal, interview,
pertanyaan dll.
3.
Memilih materi pelajaran dan mengaturnya dalam bentuk penyajian konsep-konsep
kunci
4.
Mengidentifikasikan prinsip-prinsip yang harus dikuasai peserta didik dari
materi tsb.
5.
Menyajikan suatu pandangan secara menyelurh tentang apa yang harus dikuasai
pesertadidik.
6.
Membuat dan menggunakan "advanced organizer" paling tidak dengan cara
membuat rangkuman terhadap materi yang baru disajikan, dilengkapi dengan uraian
singkat yang menunjukkan relevansi (keterkaiatan) materi yang sudah diberikan
dengan yang akan diberikan.
7.
Mengajar peserta didik untuk memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang
sudah ditentukan dengan memberi fokus pada hubungan yang terjalin antara konsep
yang ada
8.
Mengevaluasi proses dan hasil belajar
3.Teori Perkembangan
Model Kognitivisme
Berpijak pada tiga teori belajar seperti dijelaskan
di atas, maka dalam pengembangan model pembelajaran harus selaras dengan teori
belajar yang dianut. Dengan kata lain, apabila kita menganut teori
behaviorisme, maka model pembelajaran yang dapat digunakan diantaranya adalah
model pembelajaran yang tergolong pada kelompok perilaku. Untuk penganut teori
kognitivisme, model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran
yang mengarah pada proses pengolahan informasi. Adapun untuk yang menganut teori
belajar konstruktivisme, maka model pembelajaran yang dikembangkan adalah model
pembelajaran yang bersifat interaktif dan model pembelajaran yang berpusat pada
masalah. Hal ini didasarkan pada salah satu prinsip yang dianut oleh
konstruktivisme, yaitu bahwa setiap siswa menstruktur pengetahuannya sendiri
berdasarkan pengalaman dan hasil interaksinya dengan lingkungan sekitar. Jadi
pengetahuan itu tidak begitu saja diberikan oleh guru.
C. Hakikat Pembelajaran di Taman Kanak-kanak
Pada hakikatnya anak itu unik, mengekspresikan perilakunya secara relatif spontan, bersifat aktif dan energik, egosentris, memiliki rasa ingin tahu yang kuat, antusias terhadap banyak hal, bersifat eksploratif dan berjiwa petualang, kaya dengan fantasi, mudah frustrasi, dan memiliki daya perhatian yang pendek. Masa anak merupakan masa belajar yang potensial.
Kurikulum untuk anak usia dini/TK harus benar-benar memenuhi kebutuhan anak sesuai dengan tahap perkembangan dan harus dirancang untuk membuat anak mengembangkan potensi secara utuh. Baik Kurikulum TK 1994 maupun Kurikulum TK 2004 pada dasarnya sama memuat aspek-aspek perkembangan yang dipadukan dalam bidang pengembangan yang utuh yang mencakup bidang pengembangan perilaku melalui pembiasaan dan bidang kemampuan dasar.
Pembelajaran anak usia dini/TK pada hakikatnya adalah pembelajaran yang berorientasi bermain (belajar sambil bermain dan bermain sambil belajar), pembelajaran yang berorientasi perkembangan yang lebih banyak memberi kesempatan kepada anak untuk dapat belajar dengan cara-cara yang tepat. Pendekatan yang paling tepat adalah pembelajaran yang berpusat pada anak
D. PEMBELAJARAN YANG BERORIENTASI PERKEMBANGAN
1. Prinsip-prinsip Perkembangan Anak
Penyelenggaraan pendidikan Taman Kanak-kanak menuntut pendidik yang memiliki kemampuan profesional, sosial dan pribadi yang baik. Salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh pendidik atau guru Taman Kanak-kanak adalah memahami perkembangan anak. Pemahaman tentang karakteristik perkembangan anak memberikan kontribusi terhadap pendidik untuk merancang kegiatan, menata lingkungan belajar, mengimplementasikan pembelajaran serta mengevaluasi perkembangan dan belajar anak.
Prinsip-prinsip perkembangan anak meliputi: (1) anak berkembang secara holistik, (2) perkembangan terjadi dalam urutan yang teratur, (3) perkembangan anak berlangsung pada tingkat yang beragam di dalam dan di antara anak, (4) perkembangan baru didasarkan pada perkembangan sebelumnya, (5) perkembangan mempunyai pengaruh yang bersifat kumulatif.
Prinsip-prinsip perkembangan anak tersebut memberikan implikasi bagi pendidik dalam menentukan tujuan, memilih bahan ajar, menentukan strategi, memilih dan menggunakan media, serta mengevaluasi perkembangan dan mendukung belajar anak secara optimal.
2.Dasar Pemikiran dan Pengertian Pembelajaran yang Berorientasi Perkembangan
Ada beberapa hal yang mendasari munculnya praktik pembelajaran yang berorientasi perkembangan, antara lain meningkatnya praktik pembelajaran yang bersifat formal di lembaga-lembaga pendidikan anak usia dini, kuatnya tuntutan dan tekanan orang tua dan masyarakat terhadap pengajaran yang lebih bersifat akademik, kesalahpahaman masyarakat tentang konsep pendidikan anak usia dini.
Pembelajaran yang berorientasi perkembangan mengacu pada tiga hal penting, yaitu (1) berorientasi pada usia, (2) berorientasi pada anak secara individual, dan (3) berorientasi pada konteks sosial budaya anak.
Praktik pembelajaran yang berorientasi perkembangan menekankan pada hal-hal sebagai berikut: (1) anak secara holistik, (2) program pendidikan yang bersifat individual, (3) pentingnya kegiatan yang diprakarsai anak, (4) fleksibel, lingkungan kelas menstimulasi anak, (5) pentingnya bermain sebagai wahana belajar, (6) kurikulum terpadu, (7) belajar melalui bekerja, (8) memberikan pilihan kepada anak tentang apa dan bagaimana caranya belajar, (9) penilaian bersifat kontinu, dan (10) bermitra dengan orang tua untuk mendukung perkembangan dan belajar anak.
Pada hakikatnya anak itu unik, mengekspresikan perilakunya secara relatif spontan, bersifat aktif dan energik, egosentris, memiliki rasa ingin tahu yang kuat, antusias terhadap banyak hal, bersifat eksploratif dan berjiwa petualang, kaya dengan fantasi, mudah frustrasi, dan memiliki daya perhatian yang pendek. Masa anak merupakan masa belajar yang potensial.
Kurikulum untuk anak usia dini/TK harus benar-benar memenuhi kebutuhan anak sesuai dengan tahap perkembangan dan harus dirancang untuk membuat anak mengembangkan potensi secara utuh. Baik Kurikulum TK 1994 maupun Kurikulum TK 2004 pada dasarnya sama memuat aspek-aspek perkembangan yang dipadukan dalam bidang pengembangan yang utuh yang mencakup bidang pengembangan perilaku melalui pembiasaan dan bidang kemampuan dasar.
Pembelajaran anak usia dini/TK pada hakikatnya adalah pembelajaran yang berorientasi bermain (belajar sambil bermain dan bermain sambil belajar), pembelajaran yang berorientasi perkembangan yang lebih banyak memberi kesempatan kepada anak untuk dapat belajar dengan cara-cara yang tepat. Pendekatan yang paling tepat adalah pembelajaran yang berpusat pada anak
D. PEMBELAJARAN YANG BERORIENTASI PERKEMBANGAN
1. Prinsip-prinsip Perkembangan Anak
Penyelenggaraan pendidikan Taman Kanak-kanak menuntut pendidik yang memiliki kemampuan profesional, sosial dan pribadi yang baik. Salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh pendidik atau guru Taman Kanak-kanak adalah memahami perkembangan anak. Pemahaman tentang karakteristik perkembangan anak memberikan kontribusi terhadap pendidik untuk merancang kegiatan, menata lingkungan belajar, mengimplementasikan pembelajaran serta mengevaluasi perkembangan dan belajar anak.
Prinsip-prinsip perkembangan anak meliputi: (1) anak berkembang secara holistik, (2) perkembangan terjadi dalam urutan yang teratur, (3) perkembangan anak berlangsung pada tingkat yang beragam di dalam dan di antara anak, (4) perkembangan baru didasarkan pada perkembangan sebelumnya, (5) perkembangan mempunyai pengaruh yang bersifat kumulatif.
Prinsip-prinsip perkembangan anak tersebut memberikan implikasi bagi pendidik dalam menentukan tujuan, memilih bahan ajar, menentukan strategi, memilih dan menggunakan media, serta mengevaluasi perkembangan dan mendukung belajar anak secara optimal.
2.Dasar Pemikiran dan Pengertian Pembelajaran yang Berorientasi Perkembangan
Ada beberapa hal yang mendasari munculnya praktik pembelajaran yang berorientasi perkembangan, antara lain meningkatnya praktik pembelajaran yang bersifat formal di lembaga-lembaga pendidikan anak usia dini, kuatnya tuntutan dan tekanan orang tua dan masyarakat terhadap pengajaran yang lebih bersifat akademik, kesalahpahaman masyarakat tentang konsep pendidikan anak usia dini.
Pembelajaran yang berorientasi perkembangan mengacu pada tiga hal penting, yaitu (1) berorientasi pada usia, (2) berorientasi pada anak secara individual, dan (3) berorientasi pada konteks sosial budaya anak.
Praktik pembelajaran yang berorientasi perkembangan menekankan pada hal-hal sebagai berikut: (1) anak secara holistik, (2) program pendidikan yang bersifat individual, (3) pentingnya kegiatan yang diprakarsai anak, (4) fleksibel, lingkungan kelas menstimulasi anak, (5) pentingnya bermain sebagai wahana belajar, (6) kurikulum terpadu, (7) belajar melalui bekerja, (8) memberikan pilihan kepada anak tentang apa dan bagaimana caranya belajar, (9) penilaian bersifat kontinu, dan (10) bermitra dengan orang tua untuk mendukung perkembangan dan belajar anak.
3. Pembelajaran yang Berorientasi Perkembangan Untuk
Anak Usia Taman Kanak-kanak
Prinisip-prinsip pembelajaran yang berorientasi perkembangan dapat diidentifikasi dari beberapa dimensi, sebagai berikut.
Prinisip-prinsip pembelajaran yang berorientasi perkembangan dapat diidentifikasi dari beberapa dimensi, sebagai berikut.
1. Menciptakan
iklim yang positif dan kondusif untuk belajar.
2. Membantu
keeratan kelompok dan memenuhi kebutuhan individu.
3. Lingkungan
dan jadwal hendaknya memberi kesempatan kepada anak untuk berpartisipasi aktif,
mengambil inisiatif, melakukan eksplorasi terhadap objek dan lingkungannya.
4. Pengalaman belajar
hendaknya dirancang secara konkret dan memberi kesempatan kepada anak untuk
memilih kegiatannya sendiri.
5. Mendorong
anak-anak untuk mengembangkan keterampilan berkomunikasi dan berbahasa secara
menyeluruh yang meliputi kemampuan berbicara, mendengarkan, membaca dan menulis
dini.
6. Strategi
pembelajaran dirancang agar anak dapat berinteraksi dengan anak lainnya secara
individual dan dalam kelompok kecil.
7. Motivasi dan
bimbingan diberikan agar anak mengenal lingkungannya, mengembangkan
keterampilan sosial, pengendalian dan disiplin diri.
8. Kurikulum
diorganisasikan secara terpadu untuk mengembangkan seluruh aspek perkembangan
anak yang meliputi aspek fisik motorik, sosial emosi, kognitif, bahasa, dan
seni.
9. Penilaian
terhadap anak dilakukan secara kontinu, melalui observasi.
10. Mencatat dan
mendokumentasikan hal-hal yang telah dilakukan anak dan cara melakukan kegiatan
tersebut.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan dari pendapat para ahli,
bahwa belajar adalah suatu perilaku yang awalnya tidak tahu mnjadi tahu melalui
kegiatan yang kompleks dan terjadi akibat adanya suatu pengalaman dan
pelatihan.
Pembelajaran anak usia dini/TK pada hakikatnya adalah pembelajaran yang
berorientasi bermain (belajar sambil bermain dan bermain sambil belajar),
pembelajaran yang berorientasi perkembangan yang lebih banyak memberi
kesempatan kepada anak untuk dapat belajar dengan cara-cara yang tepat.
Pendekatan yang paling tepat adalah pembelajaran yang berpusat pada anak
Teori-teori
belajar yaitu:Teori Behaviorisme, Teori belajar kognitifdan
Teori Perkembangan Model Kognitivisme
Ada beberapa
hal yang mendasari munculnya praktik pembelajaran yang berorientasi perkembangan,
antara lain meningkatnya praktik pembelajaran yang bersifat formal di
lembaga-lembaga pendidikan anak usia dini, kuatnya tuntutan dan tekanan orang
tua dan masyarakat terhadap pengajaran yang lebih bersifat akademik,
kesalahpahaman masyarakat tentang konsep PAUD.
B. Saran
Jadi
Pendidikan Anak Usia Dini ialah sangat penting, nah tak kalah pentingnya dengan
Belajar dan Pembelajarannya.
Belajar dan Pembelajaran
dilaksanakan untuk melihat bagaimana program kerja yang dilaksanakan sudah
berjalan dan apa saja kekurangan dan kelebihan dari program pembelajaran itu
supaya kedepannya bisa diperbaiki lagi. Guru AUD juga harus tahu betul
bagaimana Belajar dan Pembelajaran yang
baik untuk AUD meliputi teori belajar,
strategi belajar dan perkembangan AUD, maka dari itu
seorang guru AUD harus menguasai segala bidang pengembangan AUD
DAFTAR PUSTAKA
AECT.1998.Definisi Teknologi Pendidikan. Jakarta: PAU-UT dan CV.Rajawali.
Dimyati, Mudjiono.2001.Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Rineka Cipta.
Hasbullah.
2009. dasar-dasar ilmu pendidikan. Jakarta: Rajawali pers.
Wilis.D,Ratna.2006.Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran.
Jakarta: Erlangga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar