Asal-usul Nama Besemah *Mengenal
Besemah, Rumpun Tertua di Sumsel
Asal-usul penyebutan atau penamaan Besemah, diyakini
diambil dari nama ikan Semah. Tetapi akibat salah pengejaan dan penulisannya
dalam bahasa asing, khususnya penjajah Kolonial Belanda, nama suku ini
cenderung disebut “Pasemah”.
Ikan Semah, nama ikan ini memang kurang familiar di
telinga kebanyakan masyarakat Sumatera Selatan. Karena, jenis ikan mas ini
hanya hidup di aliran air jernih dan berbatu-batu, plus ditumbuhi lumut serta
diteduhi pepohonan.
Dari nama ikan Semah inilah diyakini nama etnis
Besemah muncul. Ditambah awalan “be” yang berarti “ada”, menunjukkan kawasan
Besemah yang banyak ikan semahnya. Namun cerita asal-usul nama Besemah ini juga
masih terkait seputar legenda, alias cerita rakyat (folklore, red) yang berkembang secara
turun-temurun.
Dari keterangan jurai-jurai tuwe (anak laki-laki
pertama pendiri dusun/desa atau suatu wilayah, red), istilah Besemah ini muncul ketika nenek moyang mereka melihat
banyak ikan semah yang hidup di aliran sungai serta danau.
Nenek moyang orang Besemah inipun identik dengan
pemimpin mereka Ratu Atung Bungsu. Konon, Ratu Atung Bungsu merupakan bangsawan
dari Majapahit. Sebutan “Ratu” pada Atung Bungsu bukan berarti perempuan. Ratu
itu sebutan lain dari “Raja” istilah saat ini.
Menurut penelusuran Ahmad Bastari
Suan, wilayah Besemah ini cukup luas. Penulis buku “Lampik Mpat Mardike Duwe”
diterbitkan Pemkot Pagaralam tahun 2008 lalu itu menguraikan, bahwa
Kabupaten/Kota seperti OKU, Lahat, Pagaralam, Empat Lawang, Muara Enim hingga
Bengkulu Selatan masuk wilayah Besemah.
Wilayah tersebut banyak terdapat
kesamaan. Dari budaya hingga strata sosial. Seperti bahasa misalnya, kebanyakan
kata-kata berakhiran “e” (pepet, red).
Juga dialek atau logat yang serupa. Memang ada beberapa pengucapan yang
berbeda, tetapi tak terlalu jauh.
Menariknya lagi, wilayah Besemah ini
diyakini para jurai tuwe merupakan suatu kerajaan yang muncul setelah
berakhirnya kejayaan Majapahit sekitar abad ke-6 Masehi. Kerajaannya bernama
Jagat Besemah. Puncak kekuasaannya pada sekitar abad 15 hingga 17, berpusat di
lereng Gunung Dempo.
Akhir kerajaan ketika dipimpin Ratu kesepuluh. Singa
Bekurung mengutus para Depati untuk menghadap Ratu Sinuhun istri Pangeran Sido
Ing Kenayan, Raja Palembang, untuk bergabung dibawah kerajaan Palembang.
Artinya, Besemah bukan ditundukkan oleh kekuatan militer kerajaan Palembang,
tetapi bergabung atas kehendak sendiri. Hingga pemimpin ke-12, di Besemah masih
menggunakan gelar “Ratu”, meskipun saat itu telah berada dibawah kekuasaan
Palembang.
Tentang asal-usul suku Besemah, versi lain
menceritakan bahwa ada seorang “Wali Tua” dari salahsatu anggota keluarga
Kerajaan Majapahit berangkat ke Palembang, kemudian kawin dengan Putri (anak)
Raja Iskandar yang menjadi Raja Palembang. Salahsatu keturunan inilah yang
bernama Atung Bungsu yang pada suatu ketika berperahu menyelusuri sungai
Lematang dan akhirnya sampai di sungai yang belum diketahui namanya.
Tempatnya menetap dinamakan
Benuakeling . Di sungai itu, Atung Bungsu melihat banyak ikan semah yang
mengerumuni bekas-bekas makanan yang dibuang ke sungai. Atung Bungsu
menceritakan kepada istrinya bahwa di sungai banyak ikan semah-nya.
Konon katanya, nama ikan inilah yang
menjadi cikal-bakal asal-usul nama “Besemah” yang artinya “sungai yang ada ikan
semah-nya”. Sungai itulah yang sampai sekarang dikenal dengan nama Ayik
Besemah, terletak di antara dusun Karanganyar dengan dusun Tebat Gunung Baru
sekarang. Jadi, ada beberapa versi cerita mengenai ikan semah sebagai asal nama
Besemah, diantaranya versi Atung Bungsu dan versi Senantan Buih.
Di kawasan Besemah ini pula,
peninggalan-peninggalan megalith banyak ditemukan. Ini menunjukkan bahwasanya
masyarakat Besemah sejak lama telah memiliki peradaban tinggi. (Van)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar