Rabu, 20 April 2016

PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS “Anak dengan Kebutuhan Fisik Khusus 2”




PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
Anak dengan Kebutuhan Fisik Khusus 2


 











Disusun dalam  rangka memenuhi tugas mata kuliah “Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus” yang dibimbing oleh : Dra.Syafdaningsih, M.Pd.
NAMA KELOMPOK :
 
DISUSUN OLEH : KELOMPOK 5


1.      ANGGUSPA SELVERA (06141181419064)
2.      DINA JUNIARTI (06141181419061)
3.      MIRANDA OKTALIA (06141281419012 )
4.      PUPUT MARYANI (0614128141906002)
5.      SISKA SARI (06141181419063 )
 
 








PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa Atas Berkat dan rahmatnya kami bisa menyelesaikan tugas Modul ini dengan Tepat waktu. Modul ini disusun untuk memenuhi tugas akademik Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Adapun topik yang dibahas didalam modul ini adalah “Anak dengan Kebutuhan Fisik Khusus 2”.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Syafdaningsih, M.Pd. sebagai dosen pembimbing yang telah membimbing kami didalam menyusun modul ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi untuk tersajinya modul ini.
Kami menyadari bahwa modul  ini masih jauh dari kata sempurna, hal itu dikarenakan keterbatasan yang ada. Sehingga kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca.
Kiranya modul ini memberikan banyak manfaat bagi kehidupan kita semua. Atas perhatiannya, kami ucapkan terima kasih.


                                                                              Indralaya,  April 2016

Penulis








i

DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN...........................................................................................................
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ii
Pendahuluan………………………………………………………………………………..1
Modul 9 : Anak dengan Kebutuhan Fisik Khusus 2
Kegiatan Belajar 1 : Anak Cerebral Palsy
A.    Pengertian Cerebral Palsy .....................................................................................4
B.     Karakteristik Cerebral Palsy ……………………………......……..................….5
C.     Tipe-tipe Cerebral Palsy ……………………………...........................................7
D.    Faktor Penyebab Cerebral Palsy........................................................................... 8
E.     Pendampingan yang dapat dilakukan pada Cerebral Palsy................................... 9
Rangkuman………………………………...........................................................11

Kegiatan Belajar 2 : Anak yang Sakit
A.    Pengertian Anak yang Sakit………….…….........................................................13
B.     Karakteristik Anak yang Sakit..............................................................................13
C.     Penyakit dan Luka yang biasa dialami oleh Anak Pada Usia Kanak* Awal .......14
D.    Penanganan Anak yang Sakit ...............................................................................14

Penutup..............................................................................................................................16
Rangkuman…………………………………………………………………..….…...16
      Daftar Referensi ………………………………………………………..……....…....17

ii






Anak dengan Kebutuhan Fisik Khusus 2

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah
Anak berkebutuhan khusus memerlukan pelayanan pendidikan secara khusus karena anak tersebut menandakan adanya kelainan khusus. Mereka mempunyai gangguan (Impairment) kecerdasan atau intelegensi, mental sosial emosi dan fisik. Salah satu jenis anak berkebutuhan khusus adalah anak Cerebral Palsy. Cerebral Palsy adalah sebutan yang diberikan para medis pada mereka yang menderita kerusakan otak. Karena adanya kerusakan otak inilah, gerakan tubuh seseorang akan terpengaruh kontrol dan koordinasinya pada otot, gerakan refleks serta tonusnya, berpengaruh besar pada bentuk tubuh dan posturya. Penyakit Cerebral Palsy ini pertama kali  diperkenalkan oleh William John Little (1843), yang menyebutnya dengan istilah Cerebral Diplegia, sebagai akibat prematuritas atau afiksia neonatorum. Sir William Olser adalah yang pertama kali memperkenalkan istilah Cerebral Palsy, sedangkan Sigmud Freud menyebutnya dengan istilah infantile Cerebral Paralysis.
Dari pengertian di atas dapat diambil suatu pengertian mengenai anak Cerebral Palsy, mereka mengalami gangguan (impairment) yang ditandai dengan terdapatnya gangguan pada sistem motorik pergerakan otot atau sikap tubuh yang dapat pula disertai dengan kondisi keterbelakangan mental ataupun gejala syaraf lainnya, dimana kesemuanya ini disebabkan karena fungsi kontrol otot akibat adanya ketidaknormalan di dalam area otak atau akibat disfungsi otak sebelum perkembangan yang sempurna. Dengan demikian dapat dilihat perbedaan antara anak Cerebral Palsy dengan anak berkebutuhan khusus lainnya dimana kecacatan fisik pada mereka menyebabkan aktivitas gerakannya menjadi terganggu.
Pada semester IV Program Studi Pendidikan Guru Anak Usia Dini Universitas Sriwijaya memberikan mata kuliah Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus agar mahasiswa memiliki bekal kedepan untuk dapat menghadapi siswa yang memiliki kebutuhan khusus, mengalami kecacatan atau kelainan.
Melalui modul ini kita akan mempelajari anak yang mengalami gangguan kebutuhan fisik 2 yang kemungkinan akan diterima dalam kegiatan pembelajaran di TK. Topic pembahasan akan dibatasi pada Pengertian anak cerebral palsy, Permasalahan , Prinsip, pendekatan dan metode. Pemilihan topic ini didasarkan pada kecenderungan perilaku yang mungkin akan sering dihadapi oleh anda selaku pengajar tanaman kanak-kanak. Selain itu, perilaku ini juga dialami oleh sebagian besar anak berusia 4-6 tahun.
Modul ini terdiri dari 2 kegiatan belajar. Pada kegiatan belajar 1 kita akan membahas tentang Anak Cerebral Palsy. Pada Kegiatan Belajar 2 akan membahas tentang  Anak yang Sakit. Pembahasan ini akan dibatasi yaitu pengertian cerebral palsy, karakteristik dari Cerebral Palsy , tipe-tipe dari anak berkebutuhan khusus Cerebral Palsy, faktor penyebab dari Cerebral Palsy, penanganan yang diberikan kepada anak berkebutuhan khusus Cerebral Palsy. Pengertian anak yang sakit, karakteristik dari anak yang sakit, faktor penyebab dari anak yang sakit, penanganan yang diberikan kepada anak berkebutuhan khusus anak yang sakit.
  Setelah mempelajari bab ini anda diharapkan akan dapat membedakan dan menangani anak Cerebral Palsy dan anak yang Anak yang Sakit.
Setelah mempelajari modul ini, diharapkan anda mampu :
1.     Mampu Mengetahui pengertian dari Cerebral Palsy
2.     Mampu Mengetahui  karakteristik dari Cerebral Palsy
3.     Mampu Mengetahui tipe-tipe dari anak berkebutuhan khusus Cerebral Palsy
4.      Mampu Mengetahui faktor penyebab dari Cerebral Palsy
5.      Mampu Mengetahui penanganan yang diberikan kepada anak Cerebral Palsy
6.      Mampu Mengetahui pengertian dari Anak yang Sakit
7.      Mampu Mengetahui  karakteristik dari Anak yang Sakit
8.     Mampu Mengetahui  faktor penyebab dari Anak yang Sakit
9.      Mampu Mengetahui  penanganan yang diberikan kepada Anak yang Sakit






Manfaat Penulisan Modul ini :
Adapun manfaat dari penulisan modul ini adalah sebagai berikut:
1.    Agar semua pihak disini tidak membeda-bedakan antara anak luar biasa terutama anak Cerebral Palsy  dan Anak yang Sakit dengan anak normal pada umumnya;
2.    Agar orang tua, guru dan masyarakat bisa menerima kehadiran anak  Cerebral Palsy  dan Anak yang Sakit di dalam bermasyarakat
3.    Dan disini peran orang tua dan guru dituntut untuk memberikan bimbingan khusus kepada anak yang mengalami  Cerebral Palsy  dan Anak yang Sakit di dalam bermasyarakat
























Anak Cerebral Palsy
Kegiatan Belajar 1

A.  PENGERTIAN CEREBRAL PALSY
Cerebral Palsy adalah sebutan yang diberikan para medis pada mereka yang terkena kerusakan otak. Karena adanya kerusakan otak inilah, gerakan tubuh seseorang akan terpengaruh kontrol dan koordinasinya pada otot, gerakan refleks serta tonusnya, berpengaruh besar pada bentuk tubuh dan posturya. Kerusakan otaknya juga akan mempengaruhi keseimbangan tubuh juga pada keterampilan motorik halusnya atau kasarnya dan bahkan fungsi motorik oralnya.
Kelainan yang disebabkan adanya kerusakan otak ini tidak dapat disembuhkan atau dibentuk normal kembali karena sifatnya yang permanen dan sulit untuk diperbaiki. Yang berarti bahwa belum ditemukannya obat atau bahan pemulih bagi mereka yang mengalami kelainan karena kerusakan otak. Namun, untuk membantu dalam pengelolaan tubuh yang menderita Cerebral Palsy, terapi menjadi salah satu hal yang diperlukan.
Cerebral Palsy tidak akan berubah menjadi lebih baik atau lebih buruk selama masa hidupnya. Akan tetapi, jika kondisi asosiatifnya tidak mendapat perawatan yang intensif serta benar dan disesuaikan dengan tingkatan kerusakan otak seorang penderita tersebut, kondisinya akan menjadi buruk dari waktu ke waktu. Dengan kata lain, mereka yang menderita Cerebral Palsy membutuhkan terapi pengobatan seperti operasi, obat-obatan serta teknologi yang dapat membantu mereka memaksimalkan kemandirian, mengurangi kesulitan yang menjadi hambatan mereka, dan meningkatkan inklusi mereka, karena hal itulah yang membantu mereka untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Dalam kebanyakan kasus Cerebral Palsy yang terjadi, kerusakan otak seorang penderita terjadi pada saat otak sedang mengalami perkembangannya.
Efek besar bagi penderita Cerebral Palsy adalah mereka mengalami kesulitan dalam mengontrol gerakan tubuhnya akibat koordinasi dan keseimbangan yang tidak bisa mereka dapatkan. Ini terjadi akibat adanya kesalahan dari otot-otot yang menerima perintah karena motor korteks serebral mereka tidak berkembang secara normal kemungkinan pada saat perkembangan janin. Kemudian penderita mengalami cedera otak baik sebelum, selama atau setelah bayi lahir.


B.     KARAKTERISTIK CEREBRAL PALSY
Mereka yang menderita Cerebral Palsy tidak serta-merta gejalanya dapat dilihat begitu saja setelah bayi dilahirkan. Ciri-ciri cerebral palsy akan diketahui saat bayi berusia hampir satu tahun, karena umumnya mereka mengalami ganggungan ortopedi. Dan ciri-ciri yang biasa tampak pada anak pengidap Cerebral Palsy antara lain :
1)      Gangguan Tonus Otot
Ciri ini akan begitu mencolok terlihat karena mereka yang mengidap Cerebral Palsy akan mengalami kesulitan dalam mengontrol kemampuan otot mereka untuk bekerja sama dalam mempertahankan stabilitas tubuhnya. Otot-otot mereka akan melakukan koordinasi dengan otot lain yang menjadi pasangannya untuk berkontraksi dalam bekerja atau sekadar rileks. Walaupun hanya melakukan gerakan yang sederhana seperti duduk, hal ini juga membutuhkan koordinasi beberapa otot penggerak, di mana satu sisi berkontraksi dan sisi lain mengendur (rileks). Cedera otak atau pun malformasi (kegagalan pembentukan organ) sebagai penyebab Cerebral Palsy  akan merusak kemampuan susunan syaraf pusat dalam mengontrol gerakan otot.
Tonus otot yang normal mempunyai efek pada kemampuan tungkai untuk bergerak dan berkontraksi tanpa kesulitan sehingga memungkinkan orang itu untuk duduk, berdiri, dan menjaga posturnya tanpa bantuan. Kelainan tonus otot ini dapat terjadi saat melakukan koordinasi. Hal yang yang terjadi, otot tidak memadai terjadi ketika otot tidak berkoordinasi bersama-sama. Ketika ini terjadi, otot yang bekerja secara berpasangan mengalami kontraksi secara bersamaan dan bahkan refleks bersamaaan sehingga terjadi ketidakseimbangan pada pergerakan otot tersebut.
Meski hanya melakukan gerakan yang sederhana, misalnya duduk, membutuhkan koordinasi beberapa otot penggerak yang satu sisi harus berkontraksi dan sisi lain harus mengendur (rileks). Cedera otak ataupun malformasi (kegagalan pembentukan organ) sebagai penyebab Cerebral Palsy  akan merusak kemampuan susunan syaraf pusat dalam mengontrol gerakan otot. Tonus otot yg normal akan berefek pada kemampuan tungkai untuk bergerak dan berkontraksi tanpa kesulitan, memungkinkan seseorang untuk duduk, berdiri dan menjaga postur tanpa bantuan. Kelainan tonus otot terjadi pada saat melakukan koordinasi. Saat hal ini terjadi,
Otot tidak memadai terjadi ketika otot tidak berkoordinasi bersama-sama . Ketika ini terjadi , otot yg bekerja secara berpasangan, misalnya biceps dan triceps, mungkin berkontraksi bersamaan, atau justru rileks dua-duanya. Otot penyangga tulang belakang mungkin terlalu rileks, yg membuat control batang tubuh kesulitan untuk tegak, postur yg buruk dan kesulitan bergerak dari duduk ke berdiri.
Anak Cerebral Palsy mempunyai kombinasi tanda-tanda sebagai berikut. Adanya perbedaan anggota gerak diakibatkan oleh perbedaan kerusakan di sruktur otak.dua gejala utama dari tonus abnormal adalah hypotonia dan hypertonia, tetapi, tonus dapat dijelaskan pula dengan cara perbandingan berikut :
         Hypotonia; penurunan tonus otot atau ketegangannya (flasid, rileks atau floppy)
         Hipertonia, meningkatnya tonus otot / ketegangan (lengan / tungkai menjadi kaku)
         Distonia, naik turunnya tonus otot
         Campuran , adanya hipotonus pada otot penyangga postur tubuh, sementara lengan dan tungkai hipertonus
         Spasme otot, kontraksi otot yang tidak disadari, biasanya ada nyeri
         Kaku sendi, sendi yang terkunci sehingga mencegah gerakan leluasa
         Tonus leher dan batang tubuh abnormal- menurun menjadi hipotonia atau meninggi menjadi hipertonia sesuai tipe kelainan Cerebral Palsy nya
         Klonus : spasme otot dengan kontraksi biasa. Ada di ankle dan telapak tangan


Gangguan Kontrol Gerakan dan Koordinasi
Gangguan pada tonus otot mempengaruhi gerakan tubuh dan anggota gerak, sehingga semua anak Cerebral Palsy  akan bisa merasakan control otot dan koordinasinya yang buruk. Gangguan control gerakan ortot dapat menyebabkan komplikasi anggota gerak yang selalu lurus / ekstensi, berkontraksi terus menerus, selalu bergerak atapun pola ritmik menyerupai spastic. Gejala lain akan lebih terlihat saat anak dalam kesulitan / stress, juga pada saat diberikan tugas motorik seperti mengambil dan meraih objek. Kadang –kadang gejala tidak terlihat saat anak tertidur dan otot menjadi rileks.
Gangguan Refleks
Reflex adalah gerakan tidak disadari dari tubuh sebagai respons dari sebuah stimulus/rangsangan. Reflex tertentu akan muncul pada saat lahir atau beberapa bulan setelah lahir  lalu hilang secara terprediksi sebagai tanda perkembangan bayi. Pada reflex tertentu tidak akan hilang pada anak cerebral palsy. Beberapa reflex tertentu mengindikasikan kelainan Cerebral Palsy. Hiper refleksia yaitu merupakan tanda eksesif  yang menyebabkan kedutan dan spastisitas. Kurang berkembangnya reflex postural dan reflex protektif  adalah rambu-rambu tanda perkembangan abnormal, termasuk Cerebral Palsy . Reflex primitive abnormal  tidak terjadi pada anak Cerebral Palsy, atau tidak terlihat  secara spesifik  seperti yang nampak pada anak dengan perkembangan normal. Reflex primitive yg biasanya  tidak berfungsi dengan baik antara lain :

C.    TIPE-TIPE CEREBRAL PALSY
Klasifikasi berdasarkan keekstriman :
a.       Hemiplegia (Gangguan hanya terjadi pada setengah badan)
b. Diplegia (Gangguan pada kaki lebih parah daripada tangan)
c. Quadriplegia (Gangguan terjadi pada kaki dan tangan)
d. Paraplegia (Gangguan terjadi hanya pada kaki)
e. Monoplegia (Gangguan terjadi hanya pada tangan. Jenis ini jarang terjadi)
f. Double Hemiplegia (Gangguan pada kedua bagian tubuh tetapi kanan dan kiri berbeda tingkat keparahannya)
g. Triplegia (Gangguan terjadi pada 3 bagian dari kaki dan tangan. Contoh gangguan terjadi pada kedua tangan dan satu kaki)

Klasifikasi menurut tipe gangguan motorik
a.       Spasticity
Mengacu pada ketidakharmonisan otot motorik. Otot anak yang mengalami spasicity tidak langsung bergerak ketika tiba-tiba direntangkan atau digerakkan. Kontraksi spastik mengakibatkan ketegangan otot dan membuat gerak tidak akurat. 50% dari penderita Cerebral Palsy memperlihatkan gejala ini.
b.      Athetosis
Mengacu pada gerakan reflek, gerakan tersentak-sentak, menggeliat terutama pada jari dan pergelangan tangan. Gerakan yang berlangsung berturu-turut ini tidak bisa dikontrol pleh beberapa kelompok otot. Gejala ini akan berhenti ketika penderita tidur. 25% dari penderita Cerebral Palsy mengalami gangguan ini.
c.       Ataksia
Ataksia adalah gangguan pada koordinasi. Bayi dalam golongan ini biasanya menunjukan perkembangan motorik yang lambat. Kehilangan keseimbangan tampak bila mulai belajar duduk. Mulai berjalan sangat lambat dan semua pergerakan canggung dan kaku. 25% penderita Cerebral Palsy mengalami gangguan ini.
d.      Rigidity Cerebral Palsy
Mengacu pada kekakuan otot. Tipe ini jarang terjadi.

e.       Tremor Cerebral Palsy
Mengacu pada gangguan syaraf yang menyebabkan tidak terkontrolnya gerakan pada bagian otot tertentu. Gerakan tersebut terjadi berulang-ulang dalam selang waktu tertentu.
f.       Mixed Cerebral Palsy
Jenis Cerebral Palsy ini merupakan gabungan dari dua atau tiga tipe gangguan di atas.

D.    FAKTOR PENYEBAB CEREBRAL PALSY
Penyebab dari Cerebral Palsy ini dapat di lihat dalam 3 proses. Yaitu proses pranatal (saat bayi dalam kandungan), proses perinatal (saat bayi dilahirkan), dan proses pascanatal (sesudah bayi dilahirkan atau berada di luar kandungan). Kasus-kasus tersebut dapat di lihat sebagai berikut :
a)      PRANATAL ( Proses ketika bayi berada di dalam kandungan)
Pada saat janin berada dalam kandungan, kemungkinan terjadinya gangguan perkembangan pada otak bayi sangatlah besar. Gangguan tersebutlah yang menyebabkan otak bayi menjadi abnormal atau memiliki cedera. Hal ini dapat terjadi apabila ibu hamil terkena infeksi toksoplasma, rubela, CMV, Cacar air, atau herpes sangat rentan sekali mempengaruhi keadaan bayi di dalam kandungan. Hal ini akan menyebabkan bayi mengalami masalah perkembangan jaringan otak. 75% dari kasus Cerebral Palsy  terjadi saat berada dalam masa Pranatal seperti itu.
b)     PERINATAL (Proses Persalinan)
Ketika bayi berada pada proses persalinan terutama persalinan yang lama bahkan sulit kemudian dibutuhkan alat bantu melahirkannya, kemungkinan terjadi luka di kepala bayi juga dapat dijadikan penyebab terjadinya Cerebral Palsy. Kemudian terjadi tali pusar yang melilit bayi yang menyebabkan bayi kesulitan bernapas dapat menyebabkan cedera otak akibat kekurangan asupan oksigen yang membuat bayi tersebut kejang lalu mengalami pendarahan. Bayi prematur juga rentan terkena infeksi otak dan pendarahan otak. Kasus Cerebral Palsy  pada masa Perinatal ini terjadi sampai 10-15%.

c)      PASCANATAL (Proses sesudah dilahirkan/di luar kandungan)
Bayi yang lahir prematur dan memiliki berat badan yang berada di bawah 2 kg akan rentan terkena penyakit kuning yang juga menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya Cerebral Palsy. Dan bayi yang menderita malaria dan infeksi otak seperti meningitis, radang selaput otak lalu mengalami panas tinggi dan juga mengalami kecelakaan akibat kelalaian orang tuanya seperti terjatuh yang kemudian menyebabkan luka pada kepala yang lalu mempengaruhi otak sehingga menimbulkan trauma juga berpengaruh terjadinya Cerebral Palsy. Bayi yang kekurangan asupan oksigen dan beberapa kasus yang tidak diketahui penyebabnya juga merupakan faktor dari Cerebral Palsy dan 10% kemungkinan dapat terjadi pada bayi pasca dilahirkan ke dunia.

E.     Pendampingan yang dapat Dilakukan pada Cerebral Palsy
Anak dengan Cerebral Palsy membutuhkan pendampingan secara intensif. Dalam hal ini perhatian dari orangtua harus mampu memantau perkembangan anak itu sendiri. Ketika anak menunjukkan gejala kelemahan atau kelumpuhan fisik, orangtua seharusnya cepat tanggap dan memeriksakan anaknya. Pada awalnya, gejala Cerebral Palsy mungkin sangat ringan dan hanya terdeteksi dengan kesulitan gerak. Namun anak dengan Cerebral Palsy juga dapat menunjukkan segala yang lebih dalam seperti fisik yang sama sekali tidak dapat berbuat apapun. Pada umumnya penanganan penderita Cerebral Palsy  meliputi :
a)      Medik
Pada keadaan ini perlu kerja sama yang baik dan merupakan suatu tim dokter anak, neurolog, psikiater, dokter mata, dokter THT, ahli ortopedi, psikolog, fisioterapi, occupatiional therapist, pekerja sosial, guru sekolah luar biasa dan orangtua pasien.
b)      Aspek non medis yang dilakukan
Untuk mengatasi kecacatan motorik yang disertai kecacatan mental memerlukan pendidikan yang khusus. Kesembuhan dalam arti regenerasi otak yang sehat dapat diraih dengan pengobatan dan perawatan yang tepat.
c)      Fisioterapi
Tindakan ini harus segera dimulai secara intensif. Orang tua turut membantu program latihan dirumah. Untuk mencegah kontraktur perlu diperhatikan posisi pasien pada waktu istirahat atau tidur. Bagi pasien yang berat dianjurkan untuk sementara tinggal dipusat latihan. Fisioterapi ini dilakukan sepanjang pasien hidup.
d)     Tindakan bedah
Bila terdapat hipertonus otot atau hiperspastisitas, dianjurkan untuk dilakukan pembedahan otot, tendon atau tulang untuk reposisi kelainan tersebut. Pembedahan stereotatik dianjurkan pada pasien dengan pergerakan koreotetosis yang berlebihan. Bertujuan untuk mengurangi spasme otot, menyamakan kekuatan otot yang antagonis, menstabilkan sendi-sendi dan mengoreksi deformitas. Tindakan operasi lebih sering dilakukan pada tipe spastik dari pada tipe lainnya. Juga lebih sering dilakukan pada anggota gerak bawah dibanding -dengan anggota gerak atas. Prosedur operasi yang dilakukan disesuaikan dengan jenis operasinya, apakah operasi itu dilakukan pada saraf motorik, tendon, otot atau pada tulang.
e)      Obat-obatan
Pasien Cerebral Palsy yang dengan gejala motorik ringan adalah baik, makin banyak gejala penyertanya dan makin berat gejala motoriknya makin buruk prognosisnya. Bila di negara maju ada tersedia institute cerebral palsy untuk merawat atau untuk menempung pasien ini. Pemberian obat-obatan pada Cerebral Palsy bertujuan untuk memperbaiki gangguan tingkah laku, neuro-motorik dan untuk mengontrol serangan kejang. Pada penderita Cerebral Palsy yang kejang. pemberian obat anti kejang memeerkan hasil yang baik dalam mengontrol kejang, tetapi pada Cerebral Palsy  tipe spastik dan atetosis obat ini kurang berhasil. Demikian pula obat muskulorelaksan kurang berhasil menurunkan tonus otot pada Cerebral Palsy  tipe spastik dan atetosis. Pada penderita dengan kejang diberikan maintenance anti kejang yang disesuaikan dengan karakteristik kejangnya, misalnya luminal, dilantin dan sebagainya. Pada keadaan tonus otot yang berlebihan, obat golongan benzodiazepine, misalnya : valium, librium atau mogadon dapat dicoba. Pada keadaan choreoathetosis diberikan artane. Tofranil (imipramine) diberikan pada keadaan depresi. Pada penderita yang hiperaktif dapat diberikan dextroamphetamine 5 – 10 mg pada pagi hari dan 2,5 – 5 mg pada waktu tengah hari.
f)       Tindakan keperawatan
Mengobservasi dengan cermat bayi-bayi yang baru lahir yang beresiko (baca status bayi secara cermat mengenai riwayat kehamilan/ kelahirannya). jika dijumpai adanya kejang atau sikap bayi yang tidak biasa pada neonatus segera memberitahukan dokter agar dapat dilakukan penanganan semestinya. Jika telah diketahui bayi lahir dengan resiko terjadi gangguan pada otak walaupun selama di ruang perawatan tidak terjadi kelainan agar dipesankan kepad orangtua/ibunya jika melihat sikap bayi tidak normal supaya segera dibawa konsultasi ke dokter.
g)      Terapi SI
Terapi SI adalah terapi yang sering digunakan sebagai pendampingan utama penderita Cerebral Palsy. Terapi ini menggunakan permainan yang dirancang khusus untuk penderita Cerebral Palsy, contohnya permainan perosotan dengan derajat kemiringan tertentu agar fisik anak terlatih dan dapat mengurangi kekakuan atau kelemahan.
h)      Occupational therapy
Ditujukan untuk meningkatkan kemampuan untuk menolong diri sendiri, memperbaiki kemampuan motorik halus, penderita dilatih supaya bisa mengenakan pakaian, makan, minum dan keterampilan lainnya.
i)        Redukasi dan rehabilitasi.
Dengan adanya kecacatan yang bersifat multifaset, seseorang penderita Cerebral Palsy  perlu mendapatkan terapi yang sesuai dengan kecacatannya. Evaluasi terhadap tujuan perlu dibuat oleh masing-masing terapist. Tujuan yang akan dicapai perlu juga disampaikan kepada orang tua/famili penderita, sebab dengan demikian ia dapat merelakan anaknya mendapat perawatan yang cocok serta ikut pula melakukan perawatan tadi di lingkungan hidupnya sendiri.


Rangkuman
1.  Cerebral Palsy adalah sebutan yang diberikan para medis pada mereka yang terkena kerusakan otak sehingga gerakan tubuh seseorang akan terpengaruh kontrol dan koordinasinya pada otot, gerakan refleks serta tonusnya, berpengaruh besar pada bentuk tubuh dan posturya.
2. Karakteristik atau ciri-ciri penderita Cerebral Palsy akan diketahui saat bayi berusia hampir satu tahun, karena umumnya mereka mengalami ganggungan ortopedi. Dan ciri-ciri yang biasa tampak pada anak pengidap Cerebral Palsy antara lain Gangguan Tonus Otot, Gangguan Kontrol Gerakan dan Koordinasi, dan Gangguan Refleks.
3.  Tipe-tipe anak berkebutuhan khusus Cerebral Palsy digolongkan berdasarkan tingkat keekstriman dan gangguan motoriknya.
4. Penyebab dari Cerebral Palsy ini dapat di lihat dalam 3 proses. Yaitu proses pranatal (saat bayi dalam kandungan), proses perinatal (saat bayi dilahirkan), dan proses pascanatal (sesudah bayi dilahirkan atau berada di luar kandungan).
5. Penanganan yang diberikan kepada anak berkebutuhan khusus Cerebral Palsy adalah dengan pendampingan secara intensif. Perhatian dari orangtua sangat penting dalam memantau perkembangan anak itu sendiri. Sedangkan penanganan yang dapat dilakukan untuk anak pengidap Cerebral Palsy adalah dengan berbagai terapi.



























Anak yang Sakit
Kegiatan Belajar 2
A.    Pengertian Anak yang Sakit
             Secara garis besar, ada dua jenis kondisi medis. Pertama adalah kondisi medis akut (acute medical conditions). Kondisi tersebut berlangsung dalam jangka pendek, sekali-sekali, dan umum terjadi, seperti infeksi dan alergi. Kedua adalah kondisi medis kronis (chronic medical conditions). Kondisi tersebut dapat meliputi kondisi fisik, perkembangan, perilaku, dan emosional yang memerlukan pelayanan kesehatan khusus (Papalia,Olds, dan Feldmand,2004).
            Hasil penelitian menunjukan bahwa anak-anak dengan kebutuhan kesehatan khusus menghabiskan waktu tiga kali lebih banyak daripada anak-anak yang sehat untuk beristirahat di tempat tidur (Newacheck dalam Papalia,Olds, dan Feldmand,2004).
B.     Karakteristik Anak yang Sakit
            Salah satu penentu kepribadian yang berkembang pada anak-anak dengan penyakit kronis adalah bagaiman sikap lingkungan terhadap mereka apabila orangtua memberikan perhatian secara berlebihan, bersikap memanjakan, serta selalu mersa cemas dan khawatir terhadap anak, maka anak cenderung berkembang menjadi pribadi yang dependen (tergantung pada orang lain) dan memiliki sikap demanding (suka menuntut) (Bakwin&Bakwin,1972).
            Anak dengan kondisi penyakit kronis umumnya memiliki perasaan takut dan cemas. Hal itu dapat berasal dari treatment (perlakuan) yang menyakitkan, yang harus mereka hadapi selama perawatan, misalnya harus disuntik, diinfus dan minum obat. Sebuah penelitan lain menemukan bahwa anak-anak dengan kondisi kronis ternyata juga sangat resilient. Resiliensi sendiri diartikan sebagai sekumpulan kualitas yang dimiliki individu, yang mampu mendorong penyesuaian diri dengan berhasil dengan berasal dan proses perubahan yang mulus pada individu tersebut meskipun ia berada dalam kondisi yang berisiko atau situasi yang tidak menguntungkan (Benard,1995). Kebanyakan dari anak yang punya penyakit kronis ditemukan tidak menunjukkan masalah dalam kesehatan mental, perilaku, dan akademik di sekolah.
C.    Penyakit dan Luka yang biasa dialami oleh Anak Pada Usia Kanak-Kanak Awal
1.      Penyakit Ringan
                      Batuk, pilek, sakit perut dan ingusan adalah penyakit yang sering diderita anak pada masa kanak-kanak awal. Masalah pernapasan merupakan salah satu hal yang umum oada anak diusia kanak-kanak awal. Hal itu disebabkan oleh paru-paru mereka yang belum berkembang sepenuhnya. Anak usia 3-5 tahun rata-rata mengalami 7-8 kali batuk pilek dan penyakit gangguan pernapasan setiap tahunnya. Selama masa usia sekolah, ketika sistem pernapasan lebih berkembang, rata-rata anak mengalami sakit kurang dari 6 kali dalam setahun (Denny&Clyde dalam Papalia,Old dan Feldman, 2004). 

2.      Luka
                              Diperkirakan 3% anak yang dititipkan ditemapt penitipan anak (day care) mengalami luka serius setaip tahunnya dan membutuhkan perhatian medis. Kurang lebih 50% kecelakaan tersebut terjadi ditemapt bermain (playground) sekitar satu dari lima kejadian jatuh pada anak-anak menyebabkan luka dibagian tengkorak dan kerusakan pada otak (brain damage) (Briss, Sack, addiss, Kresnow,&O’Neil dalam Papalia, Olds, & Feldman, 2004).
                              Temperamen merupakan satu faktor yang membuat beberapa anak cederung untuk mudah terluka (Injury-prone) selain temperamen, resiko untuk terluka juga lebih banyak dialami oleh anak yang memiliki orang tua atau pengasuh yang masih muda, kurang berpendidikan, dan mempunyai beban yang sangat berat.

D.    Penanganan Anak yang Sakit
Dalam bagian ini, pembahasan mengenai penanganan akan dibedakan menjadi 2 yaitu:
1.      Penanganan untuk Anak yang Sakit
      Ada beberapa hal yang harus anda perhatikan untuk menangani anak-anak yang memiliki kebutuhan kesehatan khusus (Bakwin&Bakwin, 1972).
a.       Bersikap tegas namun hangat
b.      Beritahu alasan untuk setiap larangan
c.       Beri kegiatan alternatif
d.      Tingkatkan harga diri anak
e.       Lakukan tindakan pencegahan

2.      Penanganan untuk Menghindari Luka dan Kecelakaan
      Karena tingginya kecelakaan yang terjadi di area bermain (playground), keamanan menjadi salah satu faktor yang perlu mendapatkan perhatian. Terdapat beberapa hal yang penting untuk anda perhatikan dalam rangka membuat tempat bermain yang aman (Johnson, Christie, & Yawkey, 1999), yaitu sebagai berikut:
a.       Menyediakan alas/permukaan yang lembut sebagai tempat berpijak, yang diletakkan dibawah perangkat bermain.
b.      Memperhatikan ukuran lubang/sela (space), seperti lubang jendela atau sela jeruji pagar.
c.       Menghindari ayunan yang terbuat dari besi dan kayu yang berat atau plastik yang keras.
d.      Menghindari sudut-sudut (Misalnya sudut meja) yang tajam, yang dapat melukai anak.
e.       Perosotan harus mempunyai lebar yang cukup.
f.       Sebisa mungkin tidak ada sekrup, paku, baut, potongan besi, atau pipa yang menonjol keluar pada semua perangkat bermain.
g.      Penggunaan kabel, kawat tau tali antar perangkat bermain atau untuk menahan pohon atau tiang sebaiknya dihindarkan karena dapat membuat anak tersandung.
h.      Menghindari seluncuran dari besi dalam iklim yang panas.
i.        Tempat bermain seharusnya hanya digunakan oleh anak-anak sesuai umurnya.
j.        Melakukan perbaikan dan pengecekan terhadap perangkat dan tempat bermain secara berkala.
k.      Tempat bermain yang berda dialam terbuka (out dor) sebaiknya dinaungi oleh banyak pohon atau memiliki atau area tempat berteduh (misalnya, dengan tendah).

Selain merancang tempat bermain seaman mungkin, peran anda sebagai guru juga menjadi kunci dari keamanan temapat bermain. Sebagai pengawas dalam kegiatan bermain anak, anda harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang pencegahan luka dan P3K mengecek peralatan dan permukaan perangkat bermain menjadi tanggung jawab anda.
PENUTUP

Rangkuman
1.    Secara garis besar, ada dua jenis kondisi medis. Pertama adalah kondisi medis akut Kedua adalah kondisi medis kronis
2.    Salah satu penentu kepribadian yang berkembang pada anak-anak dengan penyakit kronis adalah bagaiman sikap lingkungan terhadap mereka apabila orangtua memberikan perhatian secara berlebihan, bersikap memanjakan, serta selalu mersa cemas dan khawatir terhadap anak, maka anak cenderung berkembang menjadi pribadi yang dependen (tergantung pada orang lain) dan memiliki sikap demanding (suka menuntut)
3.    Penyakit dan Luka yang biasa dialami oleh Anak Pada Usia Kanak-Kanak Awal adalah Penyakit Ringan dan Luka
4.    Penyakit Ringan meliputi Batuk, pilek, sakit perut dan ingusan adalah penyakit yang sering diderita anak pada masa kanak-kanak awal.
3.    Penanganan untuk Anak yang Sakit : a. Bersikap tegas namun hangat, b. Beritahu alasan untuk setiap larangan, c. Beri kegiatan alternatif, d. Tingkatkan harga diri anak, e. Lakukan tindakan pencegahan
4.    Penanganan untuk Menghindari Luka dan Kecelakaan Menyediakan alas/permukaan yang lembut sebagai tempat berpijak, yang diletakkan dibawah perangkat bermain. a. Memperhatikan ukuran lubang/sela (space), seperti lubang jendela atau sela jeruji pagar, b. Menghindari ayunan yang terbuat dari besi dan kayu yang berat atau plastik yang keras, c. Menghindari sudut-sudut (Misalnya sudut meja) yang tajam, yang dapat melukai anak, d. Perosotan harus mempunyai lebar yang cukup, e. Sebisa mungkin tidak ada sekrup, paku, baut, potongan besi, atau pipa yang menonjol keluar pada semua perangkat bermain, f. Penggunaan kabel, kawat tau tali antar perangkat bermain atau untuk menahan pohon atau tiang sebaiknya dihindarkan karena dapat membuat anak tersandung, g. Menghindari seluncuran dari besi dalam iklim yang panas, h. Tempat bermain seharusnya hanya digunakan oleh anak-anak sesuai umurnya, i. Melakukan perbaikan dan pengecekan terhadap perangkat dan tempat bermain secara berkala, j. Tempat bermain yang berda dialam terbuka (out dor) sebaiknya dinaungi oleh banyak pohon atau memiliki atau area tempat berteduh (misalnya, dengan tenda).

DAFTAR REFERENSI

Ayres. A. J.(1989).  Sensory Integration and Practice Test. Los Angeles: Western Psychological Services.
Anderson. J. M.  (1998).Sensory Motor Issues in Autism. Texas: Therapy Skill Builders.
Kimbal. J. G. (1999). Sensory Integration Frame of Reference. Philadelphia: Lipincot Williams&Wilkins.
Casey, Kevin. 1981. Teaching Children with Special Need. Claremont Teachers College : Clarement, Western Australia.
Hallahan, Daniel P. & James M. Kauffman. 1978. Exceptional Children Introduction to Special Education. Prentice-Hall, INC.: Englewood, New Jersey.
Hildayani, Rini.dkk. 2010. Penanganan Anak Berkelainan. Jakarta: Universitas Terbuka

1 komentar:

  1. Bet365 Casino & Sportsbook Review – Player Discussion - Dr. Maryland
    Bet365 casino has an amazing gaming library which is packed with tons of slots, 밀양 출장샵 table games 제천 출장마사지 and live games, 평택 출장마사지 and 목포 출장샵 you can enjoy all the excitement of 아산 출장안마

    BalasHapus