Jumat, 18 September 2015

September



September
Hening segera berganti dengan Suara orang mengaji dari masjid, lantunan ayat sucinya sudah bergemah mentemtramkan hati ini beiiring dengan fajar yang segera datang, aku terbangun dan ingat niatku tadi malam yaitu akan berpuasa untuk membayar hutang puasa ku di bulan Ramadhan kemarin, hutang puasa ku ialah 6 hari tapi sudah aku bayar 2 hari, jadi sisanya tinnggal 4 hari dan Insyaallah segera aku lunasi. Suara Adzan pun mulai terdengar dan aku akan segera melanjutkan tulisanku ini nanti, aku mau menghadap Tuhan dulu. Kuliahnya ditunda hingga jam 10 nanti jadi aku melanjutkan tulisan ini, aku sangat senang mendengar september, apapun yang berkaitan dengan september aku pasti menyukainya, dan aku harap September tahun ini juga berkesan buatku. Aku tak tahu kenapa aku sangat menyukai September, mungkin karena aku lahir di bulan September yah mungkin karena itu, September itu istimewa berbeda dengan bulan-bulan yang lain aku sangat menyukainya begitupun bulan Ramadhan. September mengisahkan banyak hal dan juga cerita, nahh aku jadi teringat September tahun 2012 itu pada saat aku berada di kelas XI IPS II, panjang ceritanya hingga aku masuk IPS padahal aku tidak menyukai IPS dan nilai ku juga tidak jelek-jelek amat toh kelas X dulu aku masuk 10 besar, ntahlah kenapa walikelas ku memilih IPS untukku, sudahlah tak apa. Aku masuk di kelas baru dengan teman-teman yang kurang ku kenal, dan yang paling membuatku geram ialah ketika aku disuruh sebangku dengan orang yang gak bisa diam dan laki-laki pula. Aku sangat sedih, aku sangat tidak nyaman berada dikelas, lambat laun aku mulai ada kawan. Seminggu pun berlalu dan akhirnya bulan Ramadhan pun datang, mulanya aku sedikit curiga dengan teman laki-laki yang ada dikelas itu, ia terus melihat kearahku, aku mulai takut, hingga akhirnya ia memberanikan diri untuk minta homor Handphone aku, aku pun sontak terkejut dan ia tak ku beri nomor handphone ku, kemudian temannya meminta kontak teman-teman dikelas, hingga sampailah kepadaku , aku pun tak enak jika tak memberi toh untuk keperluan kelas juga.
Aku belum mempunyai teman akrab dikelasku yang baru, jadi aku tidak ada tempat untuk bercerita, saat itu sekolah kami mengadakan KBM + jadi pulangnya rada sore, saat itu aku dan temanku sedang menunggu angkot, eh ternyata dia dan temannya ada di angkot itu, aku berusaha untuk tidak naik angkot itu tapi temanku terus memaksa, aku hanya diam diangkot itu, ia terus bertanya kepadaku dan meminta nomor handphone ku, tapi tetap tak ku beri. Dia sudah turun dan tinggal aku dan temannya yang ada diangkot kemudian temannya bilang kepadaku bahwa si temannya tadi suka kepadaku, sontak aku tak percaya dan mengalihkan pembicaraan, saat sampai dirumah sudah ada sms masuk dan aku sudah curiga, ternyata kecurigaan ku benar, sebab tadi setelah temannya mendapatkan nomor aku, ia langsung memintanya. Aku pura-pura tak tahu, dan akhirnya ia mengaku, aku orang yang cuek tapi saat itu aku sedang tidak ada cowok jadi setiap ia sms aku bales terus, ia terus bertanya mengenai pelajaran di kelas dan kemudian mengarah ke topik yang lain, aku mulai senang dengannya, tapi aku tak mau mempunyai cowok yang jadi idola banyak cewek dan juga ia mempunyai banyak teman cewek, ia adalah pemain sepakbola di kelas kami, dan ia pun kaptennya, rupanya tak begitu mendukung, tapi ia pintar menyanyi, di kelas ia selalu main gitar dan menyanyi dan ia paling suka lagu reggae. Di kelas aku seolah tak ada apa-apa dengannya, dan yang paling membuatku takut ialah saat teman-teman dikelas mengetahui bahwa kami sedang PDKT, ia terus berusaha untuk mendekatiku, sampai aku pun takut untuk masuk ke kelas. Malam pun tiba dan ia menyatakan perasaannya kepadaku dan aku berusaha mengalihkan pembicaraan tapi ia tetap berbicara mengenai isi hatinya, aku pun menantangnya untuk mengatakan di depan kelas, ku pikir ia tak mau, tapi ia mau dan aku menarik pembicaraan ku, aku tak mau dengan dia karena dia orangnya keras, kalau di bidang akademik ia kurang, dan sering keluar kelas, teman-temannya bilang , mungkin dengan berpacaran dengan aku ia bisa berubah, tapi kupikir jika seseorang itu mau berubah maka harus dari dalam dirinya terlebih dahulu.
Hari-hari di kelas terasa begitu berat, hingga tiba saatnya aku berusia 16 tahun, semua orang di kelas kami mempermainkan aku, hingga aku menangis tapi ia tak ada dalam kelas saat itu, mungkin ia tak ingin melihatku menangis, ntahlah.... Saat orang-orang sudah tak mempermainkan aku, ia pun masuk ke kelas dan duduk disampingku, alangkah takutnya aku saat itu, ia pun bertanya kepadaku : kenapa menangis, aku hanya menggelengkan kepala, kemudian ia memberiku tulisan yang bertuliskan selamat ulang tahun, aku pun mengucapkan terima kasih kepadanya, kemudian ia terus bertanya perihal perasaanku kepadanya, aku hanya diam, kemudian ia memberiku sebuah kartu yang gambarnya Love berwarna merah, aku tak tahu harus bagaimana, aku hanya diam.
Lebaran pun tiba, ia masih menanyakan perihal mau seperti apa hubungan kami, dan akhirnya aku pun menjawab bahwa aku hanya bisa berteman dengannya ia pun menerimanya, tapi di dalam kelas ia terus bersikap dingin kepadaku, aku tak tahu kenapa, rasanya aku mau pindah dari kelas itu tapi aku tak bisa, aku tak mau pacaran dengan seorang idola, karena dulu waktu SMP aku di putuskan oleh cowok yang idola banyak wanita, jadi aku tak mau itu terulang kembali.
Sebagian orang dikelas ku tahu perihal kami, tapi mereka hanya diam, tapi teman terdekatku pun tak tahu, hingga ia tahu dari mulut orang yang dulunya suka kepadaku sendiri, ia pun marah kepadaku, aku pikir itu tak penting dan untuk apa menceritakan masalah itu, kemudian ia mengerti. Saat kelas XII aku tak satu kelas lagi dengannya, dan aku sangat bersyukur, ia pun punya kisah baru dengan motor baru dan pacar baru, aku tak iri melihatnya, aku turut senang.  
Masa SMA / Putih abu-abu akan segera berakhir, tapi tak terlihat dia ingin menegurku, sudahlah biarlah itu berlalu dengan sendirinya. Aku pikir ia memang tak mau lagi berteman denganku, tapi ternyata ia bilang kepada temanku dan juga temannya, kenapa aku tidak pernah menegurnya, dan kenapa juga dulu aku tak menyukainya, aku pikir dia yang terlebih dahulu mendiamkan aku, jadi aku juga diam, hingga aku tak ada kesempatan untuk meminta maaf padanya sampai kami meninggalkan SMA.
Hidup harus terus berjalan bukan, setahun berlalu aku pun tak lagi merasa bersalah padanya, pada saat lebaran tahun 2015 hari kedua aku beserta teman-temanku pergi berkunjung di rumah teman, dan pada saat berada di jalan raya aku menoleh ke belakang, ternyata ada ia yang juga sedang memakai motornya, aku seolah-olah tak melihatnya, tak lama kemudian salah satu motor temanku berhenti karena bertemu dengannya, jadi kami pun turut berhenti, tapi tak di depan ia kemudian salah satu teman tadi menunjuk ke arahku dan bilang itu si A, ia pun menghampiri kami dan menjulurkan tangannya untuk mohon maaf lahir dan batin, alangkah terkejutnya diriku, langsung kusambut salam juga, ia bertanya dimana aku kuliah, tak lama kemudian ada teman yang bicara perihal ceweknya, kemudian ia menjawab, cewek yang mana kan sama si A (aku) dak jadi, ia mengalihkan pembicaraan, temanku langsung tertawa, ia memang kocak, akhirnya pertemuan singkat itu pun berlalu. Kini aku lega, bahwasanya ia masih menganggap aku temannya, dan biarlah ini menjadi kenangan indahku di september terdahulu, sekarang aku menatap masa depan yang baru dengan september di tahun baru juga. Selamat tinggal masa lalu, tapi sesekali aku akan menoleh kepadamu supaya apa yang salah yang aku perbuat di masa mu tak akan ku ulangi di masa mendatang.

oleh : Angges Selvera

3 komentar: