EVALUASI PEMBELAJARAN IPS
UNTUK PAUD/TK
Dalam Rangka Tugas Mata
Kuliah IPS AUD yang dibimbing
Oleh :
Dra.Yetty Rahelly,M.Pd.
Windi Dwi Andika, M.Pd.
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 10
Angguspa Selvera (06141181419064)
Dina Juniarti (06141181419061)
Sindi Anjali Putri (06141281419066)
Program Studi Pendidikan Guru Anak Usia Dini
Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sriwijaya
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan
kepada Tuhan Yang Maha Kuasa Atas Berkat dan rahmatnya kami bisa menyelesaikan
tugas Makalah ini dengan Tepat waktu.Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
akademik IPS AUD. Adapun topik yang dibahas didalam makalah ini adalah“Evaluasi Pembelajaran IPS
AUD”.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Yetty Rahelly
dan Ibu Windi
Dwi Andika sebagai dosen pembimbing yang telah membimbing kami didalam menyusun
makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi untuk tersajinya makalah ini.
Kami menyadari bahwa Makalah ini
masih jauh dari kata sempurna, hal itu dikarenakan keterbatasan yang ada.
Sehingga kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca.
Kiranya makalah ini memberikan
banyak manfaat bagi kehidupan kita semua. Atas perhatiannya, kami ucapkan
terima kasih.
Indralaya,
November 2015
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTARi
DAFTAR ISIii
PENDAHULUAN1
A.
Latar Belakang Masalah1
B.
Rumusan Masalah1
C.
Tujuan Makalah1
PEMBAHASAN2
A. Ilmu Pengetahuan Sosial2
B. Ruang Lingkup IPS AUD2
C. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial3
E.
Evaluasi.........................................................................................................................................10
PENUTUP13
A.
Kesimpulan16
B.
Saran16
DAFTAR
PUSTAKA17
ii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini
serta jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Guru merupakan elemen
terpenting dalam sebuah sistem pendidikan. Ia merupakan ujung tombak. Karena
Guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan.
Salah satu faktor
yang mempengaruhi peserta didik dalam prestasinya yaitu seorang guru, maka guru
harus melakukan tugasnya dengan baik.
Untuk mengetahui
prestasi peserta didik, seorang guru tidak mungkin melepaskan dirinya dari
kegiatan evaluasi. Karena dengan evaluasi ini, guru akan mengetahui sampai
sejauh mana peserta didik menguasai apa yang telah diajarkan. Begitu juga yang
akan dilakukan oleh seorang guru IPS terhadap peserta didiknya. Sehingga
evaluasi tersebut bisa membangkitkan guru menjadi lebih baik lagi dalam proses
belajar-mengajar.
Maka dari itu, saya
akan membahas tentang IPS dan Evaluasi
Belajar
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian IPS, Guru dan Evaluasi
Pembelajaran AUD?
2.
Apa Ruang
Lingkup IPS?
3.
Bagaimana
Evaluasi Pembelajaran IPS di TK/ PAUD ?
C.
Tujuan Makalah
1.
Untuk mengetahui pengertian IPS, Guru dan
Evaluasi Pembelajaran AUD.
2.
Untuk mengetahui Ruang Lingkup IPS.
3.
Untuk mengetahui dan memahami Bagaimana Evaluasi Pembelajaran IPS di TK/
PAUD.
\
PEMBAHASAN
A. Ilmu
Pengetahuan Sosial
1.
Pengertian IPS
Rumusan tentang
pengertian IPS telah banyak dikemukakan oleh para ahli IPS atau social studies.
Di sekolah-sekolah Amerika pengajaran IPS dikenal dengan social studies. Jadi,
istilah IPS merupakan terjemahan social studies.
Dengan demikian IPS
dapat diartikan dengan “ penelaahan atau kajian tentang masyarakat ”. Dalam
mengkaji masyarakat, guru dapat melakukan kajian dari berbagai perspektif
sosial, seperti kajian melalui pengajaran sejarah, geografi, ekonomi,
sosiologi, antropologi, politik-pemerintahan, dan aspek psikologi sosial yang
disederhanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Pengertian IPS
yang dikemukakan oleh beberapa ahli pendidikan dan IPS di Indonesia:
a.
Moeljono
Cokrodikardjo mengemukakan bahwa IPS adalah perwujudan dari suatu pendekatan
interdisipliner dari ilmu sosial. Ia merupakan integrasi dari berbagai cabang
ilmu sosial yakni sosiologi, antropologi, budaya, psikologi, sejarah, geografi,
ekonomi, ilmu politik dan ekologi manusia, yang diformulasikan untuk tujuan
instruksional dengan materi dan tujuan yang disederhanakan agar mudah
dipelajari.
b.
S. Nasution
mendefinisikan IPS sebagai pelajaran yang merupakan fusi atau paduan sejumlah
mata pelajaran sosial. Dinyatakan bahwa IPS merupakan bagian kurikulum sekolah
yang berhubungan dengan peran manusia dalam masyarakat yang terdiri atas
berbagai subjek sejarah, ekonomi, geografi, sosiologi, antropologi, dan
psikologi sosial.
B
. Ruang Lingkup IPS
Pada jenjang
pendidikan dasar, ruang lingkup pengajaran IPS dibatasi sampai pada gejala dan
masalah sosial yang dapat dijangkau pada geografi dan sejarah. Terutama gejala
dan masalah sosial kehidupan sehari-hari yang ada di lingkungan sekitar peserta
didik MI/SD.
Pada jenjang
pendidikan menengah, ruang lingkup kajian diperluas. Begitu juga pada jenjang
pendidikan tinggi: bobot dan keluasan materi dan kajian semakin dipertajam
dengan berbagai pendekatan. Pendekatan interdisipliner atau multidisipliner dan
pendekatan sistem menjadi pilihan yang tepat untuk diterapkan karena IPS pada
jenjang pendidikan tinggi menjadi sarana melatih daya pikir dan daya nalar
mahasiswa secara berkesinambungan.
Sebagaimana telah
dikemukakan di atas, bahwa yang dipelajari IPS adalah manusia sebagai anggota
masyarakat dalam konteks sosialnya, ruang lingkup kajian IPS meliputi:
a.
Substansi materi
ilmu-ilmu sosial yang bersentuhan dengan masyarakat
b.
Gejala, masalah, dan
peristiwa sosial tentang kehidupan masyarakat.
Kedua lingkup
pengajaran IPS ini harus diajarkan secara terpadu karena pengajaran IPS tidak
hanya menyajikan materi-materi yang akan memenuhi ingatan peserta didik tetapi
juga untuk memenuhi kebutuhan sendiri sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan
masyarakat. Oleh karena itu, pengajaran IPS harus menggali materi-materi yang
bersumber pada masyarakat.
C
. Tujuan IPS
Sama halnya tujuan
dalam bidang-bidang yang lain, tujuan pembelajaran IPS bertumpu pada tujuan
yang lebih tinggi. Secara hirarki, tujuan pendidikan nasional pada tataran
operasional dijabarkan dalam tujuan institusional tiap jenis dan jenjang
pendidikan. Selanjutnya pencapaian tujuan institusional ini secara praktis
dijabarkan dalam tujuan kurikuler atau tujuan mata pelajaran pada setiap bidang
studi dalam kurikulum, termasuk bidang studi IPS.
Akhirnya tujuan
kurikuler secara praktis operasional dijabarkan dalam tujuan instruksional atau
tujuan pembelajaran. Sub bahasan ini dibatasi pada uraian tujuan kurikuler
bidang studi IPS.
Tujuan kurikuler IPS
yang harus dicapai sekurang-kurangnya meliputi hal-hal berikut:
a.
Membekali peserta
didik dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupan masyarakat
b.
Membekali peserta
didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisa, dan menyusun alternatif
pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan dimasyarakat
c.
Membekali peserta
didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat dan dengan
berbagai bidang keilmuan serta berbagai keahlian
d. Membekali peserta didik dengan
kesadaran, sikap mental yang positif, dan keterampilan terhadap lingkungan
hidup yang menjadi bagian kehidupannya yang tidak terpisahkan
e.
Membekali peserta
didik dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan
perkembangan kehidupan, perkembangan masyarakat, dan perkembangan ilmu dan
teknologi.
D. Guru IPS
1.
Pengertian Guru IPS
Guru IPS adalah
Pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia dini serta jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah dalam bidang penelaahan atau kajian tentang masyarakat (IPS).
2.
Keterampilan dasar
Pengajaran IPS
Anak belajar
menggunakan keterampilan dan alat-alat studi sosial, misalnya mencari bukti
dengan berpikir ilmiah, keterampilan mempelajari data masyarakat, mempertimbangkan
validitas dan relevansi data, mengklasifikasikan dan menafsirkan data-data
sosial, dan merumuskan kesimpulan.
Maka seorang guru
harus bisa menerapkan keterampilan pengajaran IPS kepada anak, agar anak dapat
menguasai materi IPS.
3.
Karakteristik Pendidikan
IPS SD/MI
Untuk membahas
karakteristik IPS, dapat dilihat dari berbagai panadangan. Berikut ini
dikemukakan karakteristik IPS dilihat dari materi dan strategi penyampaiannya
oleh guru IPS:
a. Materi IPS
Ada 5 macam sumber
materi IPS antara lain:
1) Segala sesuatu atau apa saja yang
ada dan terjadi di sekitar anak sejak dari keluarga, sekolah, desa, kecamatan
sampai lingkungan yang luas negara dan dunia dengan berbagai permasalahannya
2) Kegiatan manusia misalnya: mata
pencaharian, pendidikan, keagamaan, produksi, komunikasi, transportasi
3) Lingkungan geografi dan budaya
meliputi segala aspek geografi dan antropologi yang terdapat sejak dari
lingkungan anak yang terdekat sampai yang terjauh
4) Kehidupan masa lampau,
perkembangan kehidupan manusia, sejarah yang dimulai dari sejarah lingkungan
terdekat sampai yang terjauh, tentang tokoh-tokoh dan kejadian-kejadian yang
besar
5) Anak sebagai sumber materi
meliputi berbagai segi, dari makanan, pakaian, permainan, keluarga
b. Strategi Penyampaian Pengajaran
IPS
Strategi penyampaian
pengajaran IPS, sebagian besar adalah didasarkan pada suatu tradisi, yaitu
materi disusun dalam urutan: anak (diri sendiri), keluarga,
masyarakat/tetangga, kota region, negara, dan dunia. Tipe kurikulum seperti ini
disebut “The Wedining Horizon or Expanding Enviroment Curriculum” (Mukminan,
1996:5).
Oleh karena itu, guru
IPS harus mampu merancang pembelajaran yang dapat membangkitkan siswa, misalnya
penggalan waktu belajar tidak terlalu panjang, peristiwa belajar harus
bervariasi, dan tidak kalah pentingnya sajian harus dibuat menarik bagi siswa.
E. Evaluasi
a. Pengertian Evaluasi Secara Umum
Evaluasi merupakan pengumpulan
informasi untuk menentukan kualitas dan kuantitas belajar peserta didik.
Menurut TRIANTO (2007:87) penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk
memperoleh, menganalisis dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar
peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga
menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.
Jadi, evaluasi adalah suatu usaha
yang dilakukan untuk mendapatkan informasi secara sistematis dan
berkesinambungan serta menyeluruh tentang proses dan hasil belajar peserta
didik sehingga dapat dijadikan informasi dan patokan dalam pengambilan sebuah
keptusan mengenai tuntas tidaknya, paham atau tidak paham siswa dalam proses
pembelajaran.
Beberapa aspek yang dapat menjadi
perhatian dalam evaluasi sebagai berikut;
- Aspek akademis, meliputi
pengetahuan, pemahaman, dan penyimpanan informasi atau materi pembelajaran
dalam otak siswa
- Aspek pemikiran, meliputi penalaran,
kerangka keja konseptual, penggunaan metode ilmiah, pemecahan masalah, dan
kemampuan menyusun argumentasi
- Aspek keterampilan. Meliputi
keterampilan tulis dan lisan, keterampilan mengorganisasi dan menganalisis
informasi dan keterampilan teknik
- Aspek sikap. Meliputi sikap suka
belajar, komitmen untuk menjadi warga negara yang baik, kegemaran membaca,
kegamaran berpikir ilmiah
- Aspek kebiasaan kerja. Meliputi
menyelesaikan pekerjaan tepat waktu, menggunakan waktu dengan bijaksana dan
bekerja sebaik mungkin.
b. Pengertian Dasar Evaluasi Di Tk
Penilaian atau evaluasi di TK
merupakan usaha mendapatkan berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan
serta menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan daan perkembangan
yang telah dicapai oleh anak didik melalui kegiatan belajar. Penilaian ini juga
merupakan upaya untuk mendapatkan informasi atau data secara menyeluruh yang
menyangkut semua aspek kepribadian anak terhadap proses dan hasil dari
pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai melalui proses pembelajaran,
meliputi perkembangan fisik motorik, sosial, emosi, kognitif, moral, dan
nilai-nilai agama, serta seni.
c. Prinsip-Prinsip Evaluasi Di Tk
Adapun prisip-prinsip yang harus
diperhatikan dalam melakukan evaluasi di TK adalah sebagai berikut ;
a) Berpusat anak.
Penilaian yang dilakukan hendaknya berpusat pada semua
aktifitas yang di lakukan oleh anak. Penilain bertugas melakukan pengamatan
terhdap semua aktifitas yang di lakukan oleh anak setiap saat, dimana saja dan
kapan saja tampa harusmenggangu waktu yang telah di tentukan atau di jadwalkan.
b) Berkesinambunga
Penilaian di lakukan secara berencana, bertahap dan
terus-menerus untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan proses belajar
anak didik.
c) Menyeluruh
atau keterpaduan.
Perubahan prilaku dalam tujuan pembelajaran perlu di
capai secara menyeluruh baik yang menyangkut pengetahuan, sikap, prilaku,
nilai, serta keterampilan. Penilain bersifat menyeluruh apabila penilaian di
gunakan mencakup aspek proses dan hasil pengembangan yang secara bertahap
menggambarkan perubahan prilaku.
d) Lebih
mementingkan proses dari pada hasil
Penilain pada anak sebaiknay mementingkan pada
pengamatan yang dilakukan selama prose yang berlangsung dan bukan pada hasil
akhrinya saja. Penilain yang paling baik dilakukan saat anak melakukan
aktifitas belajar dan bermain. Untuk itu penilaian di lakukan tidak selalu’’
paper and pencilpes’’, tetapi lebih kepada pengamatan secara lamhsung terhadap
aktifitas anak.
e) Berorinetasi
pada tujuan.
Penilaian di tk berorientasi kepada kompetensi yang di
harapkan, proses pertumbuhan dan perkembangan anak.
f) Objektif dan
alamiah.
Dalam melakuakn penilain di uasahakan seobjektif
mungkin yaitu penilai hanya memperhatiakn obejnya. Perasaan-perasaan,
keinginan-keingina, prasangka-prasangka penilai sedapatkan mugnkin harus di
kesampingkan pada saat menilai. Penilai juga harus memperhatiak
perbedaan-perbedaan yang keunikan perkembangan setiap anak, sehingga penilai
tidak memberikan penafsiran yang sama pada setiap anak.
g) Mendidik
Hasil penilai harus dpaat digunakan
untuk membina dan memberikan dorongan kepada semua anak dalam menigkatkan hasil
pertumbuhan dan perkembangan anak. Oleh karena itu, hasil penilain harus
di nytakan dan dapat di rasakan sebagai penghargaan bagi anak yang belum
berhasil. Dengan demikian, usaha penilaian dalam memperkuat prilaku dan sikap
yang positif.
h) Konsiten dan
jujur.
Penilai yang dilakukan oleh dua
orang penilai akan lebih dapat di di pertanggung jawabkan ketika membuat
rekomendasi atau menentuksn tindak lanjut.
i) Kebermaknaan.
Hasil penilain harus bermakna bagi
giri, orangtua, anak didik dan pihak-pihak lain yang membutuhakn utnuk menignktakan
pertumbuhndan perkembangan anak.
j) Kesesuain.
Penilaian harus memperhatikan adanya
keseian antara apa yang di ajarkan di tk dengan laporan yang di buat.
d. Karakteristik Dan Manfaat Evaluasi Di Tk
a. Memiliki
implikasi tidak langsung terhadap siswa yang di evaluasi
Hal ini biasanya terjadi apabila
guru melakukan penilaian yang tidak tampak terhadap diri siswanya.
b. Lebih
bersifat tidak lengkap
Karena evaluasi tidak dilakukan
secara kontiniu maka, hanya merupakan sebagai fenomena saja atau evaluasi hanya
sesuai dengan pertanyaan item yang
direncanakan oleh guru.
c. Mempunyai
sifat kebermaknaan relatif
Hasil evaluasi tergantung pada tolak
ukur yang digunakan oleh guru, dan evaluasi tergantung dengan tingkat
ketelitian alat ukur yang digunakan.
e. Manfaat
Evaluasi di Taman Kanak-Kanak
Penilaian terhadap suatu program
pendidikan akan sangat membantu dalam kegiatan pembelajaran. Penilaian dapat
membantu meningkatkan kualitas program maupun kegiatan belajar anak peserta
program pendidikan. Bagi guru, penilaian merupakan alat bantu dalam memperbaiki
pendidikan dan pembelajaran anak
didiknya.
Penialaian di taman kana-kanak
bermanfaat untuk mengetahui tingkat perkembangan anak yang dicapai selama
proses belajar mengajar dilakukan, apakah seluruh aspek perkembangan anak
berkembang dengan baik atau tidak, guna untuk mencapai tujuan pembelajaran dan
pendidikan nasional pada umumnya.
f. Penggunaan
Hasil Evaluasi di Taman Kanak-Kanak
Hasil evaluasi di taman kana-kanak digunakan sebagai :
1. Untuk menentukan mampu tidaknya anak
untuk memasuki usia sekolah dasar.
2. Untuk mendiagnosa atau remedial.
3. Perlu tidaknya suatu tema dalam
pelajaran anak untuk diulang.
4. Membangkitkan motivasi anak dalam
belajar
5. Memberikan laporan kepada orang tua
anak.
g.
Tujuan dan Fungsi Evaluasi
Evaluasi atau
penilaian adalah proses yang dilakukan oleh guru untuk mengetahui, memahami,
dan menggunakan, hasil kegiatan belajar anak/siswa dalam mencapai tujuan yang
ditetapkan. Proses penilaian harus di dasarkan atas suatu selang waktu, bukan
sesaat saja. Ini berarti bahwa evaluasi merupakan kesimpulan dari sederetan
pengukuran yang dilakukan berkali-kali dengan suatu tujuan tertentu. Hasil
belajar anak yang diperoleh melalui evaluasi itu tidak hanya sekedar untuk
diketahui dan dipahami guru, tetapi yang lebih penting ialah agar dapat
digunakan untuk tujuan tertentu seperti kenaikan kelas, meluluskan murid, dan
sebagainya.
Sering pengertian
evaluasi (penilaian) dikaburkan dengan pengertian measurement (pengukuran).
Pengukuran adalah pekerjaan membandingkan suatu hasil belajar murid dengan
ukuran yang sudah ditentukan, yang disebut standar evaluasi
Adapun tujuan dan
fungsi evaluasi hasil-hasil pada dasarnya dapat digolongkan ke dalam empat
kategori:
a.
Untuk memberikan
umpan balik (feedback) kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses
belajar-mengajar
b.
Untuk menentukan
angka kemajuan/hasil belajar masing-masing murid yang antara lain diperlukan
kenaikan kelas dan penentuan lulus tidaknya murid
c.
Untuk menempatkan
murid dalam situasi belajar-mengajar yang tepat, sesuai dengan tingkat
kemampuan (karakteristik) lainnya yang dimiliki murid
d. Untuk mengenal latar belakang
(psikologi, fisik, dan lingkungan) murid yang mengalami kesulitan-kesulitan
belajar, yang hasilnya dapat digunakan sebagai dasar dalam memecahkan
kesulitan-kesulitan tersebut
Pelaksanaan fungsi
pertama dan kedua terutama menjadi tanggung jawab guru sedangkan pelaksanaan
fungsi ketiga dan keempat lebih merupakan tanggung jawab Bimbingan dan
Penyuluhan.
Sehubungan dengan
keempat fungsi yang dikemukakan di atas, evaluasi hasil belajar dapat
digolongkan atas 4 jenis, yaitu:
a.
Evaluasi Formatif
Evaluasi formatif
adalah evaluasi yang dilaksanakan untuk keperluan memberikan umpan balik
(feedback) kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar-mengajar
dan melaksanakan pelayanan khusus bagi murid/siswa. Evaluasi jenis ini jarang
dipraktekkan oleh guru-guru di sekolah sebagaimana yang seharusnya.
b.
Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumatif
adalah evaluasi yang dilaksanakan untuk keperluan memberikan angka kemajuan
belajar murid/siswa yang sekaligus dapat digunakan untuk pemberian laporan
kepada orang tua, penentuan kenaikan kelas, dan sebagainya.
c.
Evaluasi Penempatan
Evaluasi penempatan
adalah evaluasi yang dilaksanakan untuk keperluan menempatkan murid/siswa pada
situasi belajar-mengajar yang tepat, sesuai dengan tingkat
kemampuan/karakteristik lainnya yang dimilikinya.
d. Evaluasi Diagnostik
Evaluasi diagnostik
adalah evaluasi yang dilaksanakan untuk keperluan mengenal latar belakang
(psikologi, fisik, lingkungan) dari murid/siswa yang mengalami
kesulitan-kesulitan belajar, yang hasilnya dapat digunakan sebagai dasar dalam
memecahkan kesulitan-kesulitan tersebut. Evaluasi jenis ini erat hubungannya
dengan kegiatan bimbingan dan penyuluhan disekolah.
h.
Pendekatan Evaluasi
Ada dua jenis
pendekatan dasar di dalam evaluasi, yaitu:
a.
Pendekatan yang
bersumber pada norma (norma referenced)
Evaluasi yang
menggunakan pendekatan ini menghasilkan indeks yang relatif tentang kemampuan
hasil belajar yang dicapai murid/siswa. Dikatakan relatif, karena hasil
evaluasi di sini menggambarkan kemampuan seorang murid/siswa dibandingkan
dengan teman-temannya yang lain dalam kelas yang sama (norma kelompok).
Dengan menggunakan
norma referenced test, informasi yang diperoleh lebih menggambarkan
“kedudukan” setiap siswa dibandingkan dengan murid/siswa lainnya di dalam test
yang sama. Oleh karena itu pendekatan ini lebih tepat diterapkan di dalam
evaluasi untuk keperluan pemberian angka, kenaikan kelas, atau pun seleksi.
b.
Pendekatan yang
bersumber pada kriteria (Criterien referenced)
Evaluasi yang
menggunakan pendekatan ini menghasilkan indeks yang mutlak tentang kemampuan
hasil belajar yang dicapai siswa. Dengan mutlak di sini dimaksudkan bahwa
evaluasi ini dapat memberikan informasi tentang apakah seorang siswa telah
menguasai tujuan-tujuan instruksional yang diinginkan atau belum, terlepas dari
hasil yang dicapai oleh teman-temannya yang lain.
Dengan menggunakan criterien
referenced test, kita dapat memperoleh informasi tentang sejauh mana
murid/siswa telah mencapai tujuan instruksional yang diinginkan. Oleh karena
itu pendekatan ini cocok untuk diterapkan di dalam evaluasi untuk keperluan:
1) Menilai efektifitas program
pengajaran yang diberikan
2) Menilai sejauh mana siswa telah
menguasai kemampuan-kemampuan di dalam suatu program tertentu yang merupakan
persyaratan untuk dapat mengikuti program selanjutnya
i. Jenis Test
Test dapat
digolongkan atas 3 jenis: test tertulis, tes lisan, dan test perbuatan. Selama
test tertulis, soal-soal maupun jawabannya disampaikan secara tertulis,
sedangkan dalam test lisan, soal-soal maupun jawaban disampaikan secara lisan.
Dalam test perbuatan, pertanyaan biasanya disampaikan dalam bentuk tugas-tugas
dimana penilaiannya dilakukan baik terhadap proses pelaksanakan tugas-tugas
tersebut maupun terhadap hasil yang dicapai.
Aspek-aspek kemampuan
yang bersifat kognitif (pengetahuan) biasanya dinilai melalui test tertulis
atau lisan, sedangkan test perbuatan lazimnya digunakan untuk menilai aspek
kemampuan yang bersifat psikomotor (keterampilan).
i. Bentuk-bentuk Evaluasi Dalam Pengajaran IPS
Setiap jenis tes
memiliki dua bentuk, yakni bentuk Subjektif dan bentuk Objektif Penamaan
subjektif dan objektif itu didasarkan pada penilaiannya. Suatu tes dikatakan
subjektif bila ada perbedaan nilai yang diberikan oleh penilaian yang berbeda
karena masuknya pertimbangan-pertimbangan subjektif sedangkan suatu tes
dikatakan objektif apabila nilai yang diperoleh seseorang siswa tetap sama
meskipun tesnya diperiksa oleh siapa pun.
a.
Tes bentuk Isian
1) Wujudnya
Dari namanya saja
sudah jelas bahwa terdapat kekosongan dalam butir soal itu sehingga perlu
diisi. Kekosongan itu menunjukkan bahwa butir soal tersebut tidak lengkap, maka
perlu dilengkapi. Untuk siswa diminta mencari sendiri bagian yang dapat
melengkapi atau mengisi kekosongan itu. Siswa dihadapkan pada suatu pertanyaan
yaitu “apakah yang harus saya tempatkan di sini agar persyaratan ini
menjadi lengkap dan sempurna”?
Bertolak dari
pertanyaan yang dihadapi siswa itu, munculah suatu ragam lain dalam jenis tes
ini yaitu menghadapkah siswa pada suatu pertanyaan yang harus dijawab singkat.
Untuk menjawab pertanyaan itu siswa memunculkan berbagai kemungkinan. Semua
kemungkinan jawaban itu dicocokkan dengan pertanyaannya untuk dapat menentukan
jawaban yang paling tepat. Dari proses seperti ini lalu dilahirkan suatu ragam
lain yakni identifikasi atau asosiasi.
2) Ragamnya
Di atas telah
disebutkan adanya tiga jenis, yakni:
a)
Aim dan klelengkapi
Ragam ini berupa
pertanyaan tak lengkap yang harus diisi atau dilengkapi. Dengan demikian ia
mempunyai dua ciri pokok, yaitu:
Berupa pernyataan
tak lengkap
Adanya
ruangan/tempat untuk mengisi atau melengkapi pernyataan itu
Contoh:
Pelopor Pujangga
Angkatan 45 ialah ......
Sumpah Pemuda yang
diucapkan pada tanggal ......
Bulan .........
tahun ....... menegaskan antara lain bahwa bangsa Indonesia memiliki satu
bahasa kesatuan yaitu bahasa .........
b)
Pertanyaan
Dalam ragam ini
diakhiri dengan tanda tanya, dan siswa diminta menuliskan jawabannya dalam
ruang yang tersedia secukupnya.
c)
Identifikasi atau
Asosiasi
Ragam ini menghendaki
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diberikan dengan selalu menghubungkan
dengan pertanyaan pokok.
Contoh: Di pulau
manakah letaknya kota-kota ini:
i.
Larantuka
...............
ii.
Maiang
...................
iii.
Medan
...................
iv.
Kupang
..................
Jadi : Apakah yang
ingin diketahui tentang Larantuka? Untuk menjawab pertanyaan ini kita kembali
kepada pertanyaan pokok yakni “Di pulau manakah terletak kota Larantuka itu”.
Demikian pula halnya dengan apa yang ingin diketahui tentang Malang, Medan dan
Kupang, yaitu di pulau manakah kota-kota itu terletak.
3) Keberatan Terhadap Bentuk Isian
Dengan bentuk ini
siswa diuji kemampuannya menghasilkan sendiri, mencari sendiri jawabannya;
dibandingkan dengan bentuk-bentuk yang lebih mengarah pada proses pengenalan
semata seperti halnya pada Pilihan Ganda dan Menjodohkan yang pilihan
jawabannya telah tersedia.
Namun muncul pula
kritik dari ahli-ahli lain yang tidak sepenuhnya menerima bentuk ini.
Thorndike, misalnya dalam bukunya “Educational Measurement” mengatakan bahwa
adalah lebih sukar membuat soal dalam bentuk ini jika seseorang ingin
mengetahui kemampuan anak dalam aspek yang lebih tinggi daripada hanya mencari
jawaban tentang kejadian-kejadian yang bersahaja.
Contoh. Kapan Lahirnya Pancasila?
Jawabannya dapat:
a) 18 Agustus 1945
b) Sehari setelah Proklamasi, dan
sebagainya
Keberatan-keberatan
dapat dirangkum sebagai berikut:
a) Sukar membuat soal yang mampu
mengukur jenjang kemampuan yang lebih tinggi dari pengingatan
b) Jawabannya sukar dipastikan
sebagai satu-satunya jawaban. Dengan demikian, kunci jawabannyapun sangat sukar
ditentukan
c) Skornya memakan waktu lama
d) Skornya kurang terandalkan
e) Faktor subjektivitas ikut
berpengaruh dalam penilaian, jadi tidak objektif lagi
b.
Bentuk Pilihan
Alternatif
Beberapa ragam
pilihan alternatif:
1) Ragam “Benar” atau “Salah”
Ragam ini berupa
pernyataan yang akan dinilai sebagai “benar” atau “salah”.
Contoh: Pelaksanaan
Program Keluarga Berencana mengakibatkan berkurangnya jumlah penduduk Indonesia
dari tahun ke tahun. B-S
2) Ragam Betul-Salah
Ragam ini terdiri dan
sebuah kalimat, perhitungan, atau ungkapan lain yang harus dinilai betul atau
salah, tergantung pada tepat tidaknya tulisannya atau tata bahasanya.
3) Ragam Ya-Tidak
Ragam ini terdiri
dari pertanyaan langsung yang harus dijawab dengan Ya atau Tidak.
Contoh: Dapatkah
kemakmuran itu terjadi?
Bentuk ini tampaknya
mempunyai kesamaan dengan bentuk Benar-Salah. Perbedaannya hanya
terletak pada jawabannya yaitu pada ragam Benar-Salah, jawabannya adalah
Benar atau Salah. Sedangkan dalam ragam ini jawabannya adalah Ya atau Tidak.
4) Ragam Kelompok
Ragam ini terdiri dan
satu item yang tidak lengkap dengan beberapa isian sebagai pelengkap, yang
masing-masingnya harus dinilai benar atau salah.
Contoh: Hukum
permintaan dan penawaran berlaku
a) Cateris paribus
b) Permintaan bertambah harga naik
c) Penawaran bertambah harga turun
d) Permintaan berkurang harga turun
5) Ragam Pembetulan
Dalam ragam ini siswa
diminta pula untuk membetulkan setiap kesalahan dalam soal-soal dengan jalan
mengganti bagian yang digaris bawahi dengan yang benar.
Contoh: Hari lahir
Pancasila adalah 1 Juli 1945 ( ... ... ... ... ... )
Karena tanggal 1
Juli 1945 itu salah; maka siswa harus menuliskan tanggal yang benar yakni 18
Agustus 1945 dalam ruang yang tersedia.
c.
Bentuk Menjodohkan
1) Wujudnya
Terdiri dari
serangkaian premis, serangkaian jawaban, dan petunjuk menjodohkan premis dengan
jawaban-jawaban tersebut.
2) Sistem Penomoran
Tergantung pada
sistem menjawab, yaitu:
a) Di lembar jawaban atau
b) Langsung dalam buku soal
Apabila sistem “di
lembar jawaban” yang dipakai maka baik premis maupun jawaban diberi nomor atau
tanda yang membedakan premis yang diberi nomor sedangkan jawaban tidak
Di depan jawaban ada
ruang untuk menuliskan nomor jodohnya.
3) Sistem Penjodohan ada dua sistem,
yaitu:
a) Penjodohan sempurna
b) Penjodohan tak sempurna
Dalam sistem
penjodohan sempurna, tiap satu butir dalam premis memiliki satu jawaban sebagai
jodohnya. Sedangkan dalam sistem penjodohan tak sempurna terdapat dua atau
lebih butir dalam premis yang bersama mempunyai satu pasangan (jodoh).
4) Pilihan ganda
a)
Wujud tes pilihan
ganda
Tes pilihan ganda
terdiri dari:
Stern atau pokok
soal:
Berbentuk:
*
Pertanyaan pengantar
*
Pertanyaan tak
lengkap
Jawaban jawaban:
berbentuk:
*
Jawaban yang di
usulkan
*
Pengisian/pelengkap
pernyataan
Jawaban terdiri dari:
Kunci, yaitu jawaban
atau jawaban-jawaban yang benar, dan
Distructor atau
“pengecoh”, yaitu jawaban yang tidak benar atau yang menyesatkan.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penilaian
atau evaluasi di TK merupakan usaha mendapatkan berbagai informasi secara
berkala, berkesinambungan serta menyeluruh tentang proses dan hasil dari
pertumbuhan daan perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik melalui
kegiatan belajar. Penilaian ini juga merupakan upaya untuk mendapatkan informasi
atau data secara menyeluruh yang menyangkut semua aspek kepribadian anak
terhadap proses dan hasil dari pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai
melalui proses pembelajaran, meliputi perkembangan fisik motorik, sosial,
emosi, kognitif, moral, dan nilai-nilai agama, serta seni.
Prinsip-Prinsip Evaluasi Di Tk
a) Berpusat
anak, b) Berkesinambungan, c) Menyeluruh
atau keterpaduan, d) Lebih
mementingkan proses dari pada hasil, e) Berorinetasi
pada tujuan, f) Objektif dan alamiah,
g) Mendidik, h) Konsiten dan
jujur, i) Kebermaknaan,
j) Kesesuaian,
Penggunaan Hasil Evaluasi di Taman Kanak-Kanak
Hasil evaluasi di taman kanak-kanak digunakan sebagai
:
1. Untuk
menentukan mampu tidaknya anak untuk memasuki usia sekolah dasar.
2. Untuk
mendiagnosa atau remedial.
3. Perlu
tidaknya suatu tema dalam pelajaran anak untuk diulang.
4. Membangkitkan
motivasi anak dalam belajar
5. Memberikan
laporan kepada orang tua anak.
B. Saran
Jadi pembelajaran IPS Pada Anak Usia Dini ialah
sangat penting, nah tatkala pentingnya dengan evaluasinya. Evaluasi
dilaksanakan untuk melihat bagaimana program kerja yang dilaksanakan sudah
berjalan dan apa saja kekurangan dan kelebihan dari program pembelajaran itu
supaya kedepannya bisa diperbaiki lagi. Guru AUD juga harus tahu betul
bagaimana mengevaluasi para siswanya, maka dari itu seorang guru AUD harus
menguasai segala bidang pengembangan AUD.
DAFTAR
PUSTAKA
Hildayani, Rini., dkk. (2005). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Universitas Terbuka.
Morison, George.S.2005. Dasar-Dasar Anak Usia Dini. Bandung :
Grasindo.
Moeslichatoen. 2004. Keterampilan sosial.Jakarta :
PT.Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar