MAKALAH
SENI RUPA II
STRATEGI PEMBELAJARAN UNTUK ANAK USIA DINI
DISUSUN OLEH :
1.
Lailatus Sa’diyah
2. Issaura Dwi Selvi
3.Angguspa Selvera
4. Sindi Anjali Putri
5. Diana Oktavia
DOSEN PENGASUH :
Dra.
Rusnawati Umar , M.Pd
Dra.
Asnimar , M.Pd
PENDIDIKAN GURU ANAK USIA DINI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
2015
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh
Segala
puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah S.W.T, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya makalah “Seni Rupa II” ini dapat disusun dengan baik dan lancar.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada suri tauln dan terbaik kita,
Nabi Muhammad SAW berserta sahabat, keluarga dan para pengikutnya hingga akhir
zaman.
Tujuan kami menyusun makalah ini yaitu sebagai bagian dari tugas mata kuliah
Seni Rupa II, dan secara
keseluruhan sebagai dasar penambah wawasan dan penalaran sebagai calon ilmuwan
yang berkompeten.Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu
Dra. Rusnawati Umar ,M.Pd , dan Dra. Asnimar, M.Pd selaku dosen
pembimbing mata kuliah Seni Rupa II serta kepada rekan-rekan dan juga semua pihak yang telah
bekerjasama dalam membuat makalah ini.
Makalah
yang kami susun ini tentunya masih banyak kekurangan dan
kekeliruan didalamnya, maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat
kami harapkan demi perbaikan untuk masa yang akan datang. Kami berharap semoga makalah ini berguna bagi yang membacanya.
Indralaya, Agustus 2015
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.............................................................................................. i
Daftar
Isi....................................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar
Belakang............................................................................
1-2
1.2 Rumusan
Masalah....................................................................... 2
1.3 Tujuan.........................................................................................
2
BAB II Pembahasan
1.
Perkembangan
dan Pertumbuhan AUD........................................... 3
- Penyebab Terjadinya Perubahan Pada AUD ................................... 3
3. Dampak dari Perubahan Pada AUD................................................. 3-6
- Pengaruh Perkembangan AUD......................................................... 6-8
- Undang-undang Psikologi Perkembangan AUD.............................. 8-9
- Aspek perkembangan AUD………………………………………… 9-10
Bab III Penutup
4.1 Kesimpulan.................................................................................. 11
4.2Saran............................................................................................
11
Daftar Pustaka................................................................................................ 12
ii
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Dalam kontek pembelajaran, selain dikenal dengan
pendekatan dan model pembelajaran, juga dikenal dengan metode pengajaran.
Ketiga konsep tersebut memiliki kesamaan, semua berfokus pada proses
pembelajaran, proses belajar-mengajar, atau interaksi belajar mengajar.Ruang
lingkup ketiga konsep tersebut digambarkan oleh Sukmadinata (2004: 267) bahwa:
Pendekatan pembelajaran
mempunyai lingkup yang lebih luas, melihat pembelajaran sebagai proses
belajar siswa yang sedang berkembang untuk mencapai tujuan perkembangannya.
Model pembelajaran lebih sempit dari pendekatan pembelajaran, melihat
pembelajaran sebagai desain atau rancangan belajar untuk mencapai tujuan-tujuan
belajar yang lebih spesifik. Metode pebelajaran lebih sempit lagi, berfokus pada proses
belajar mengajar untuk bahan ajaran dan
tujuan pembelajaran tertentu yang lebih terbatas.
Peserta didik memiliki sejumlah pengalaman artistik dalam
menjalani kehidupannya. Sejumlah pengalaman tersebut tentunya ada yang bisa
diabadikan dan ada pula yang hanya berlalu saja dalam ingatannya. Salah satu
upaya yang dapat mereka lakukan untuk merekam pengalaman tersebut adalah
melalui kegiatan menggambar baik di dalam keluarga maupun di sekolah.
Berdasarkan pengamatan kita, pada umumnya anak dalam
mengekspresikan pengalaman secara visual tersebut hanya menggambar
“pemandangan” yang berulang-ulang. Padahal mungkin mereka pernah ke kebun
binatang, ke pasar, ke tempat rekreasi, ke mall, dan sebagainya. Selain itu pula mereka juga
mungkin telah menyaksikan berbagai rangkaian peristiwa atau benda yang
dilihatnya. Kemudian siapakah yang salah dan bagaimana agar para peserta didik
memiliki kemampuan mengungkapkan kembali keragaman pengalaman visual dan
artistik tersebut ke dalam karya seni.
Sekelumit peristiwa di atas tentunya sering Anda jumpai
dalam proses pembelajaran pendidikan seni rupa. Dalam Bahan Belajar Mandiri 5
ini Anda akan diajak untuk mempelajari pendekatan dan metode khusus dalam
proses pembelajaran seni rupa.
B.
Rumusan Masalah
C.
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari bagian ini diharapkan mahasiswa
dapat:
1. Membedakan model pendekatan dalam pengelolaan
kelas yaitu: (1) pendekatan otoritatif, (2) pendekatan permisif dan (3)
pendekatan demokratis;
2. Menjelaskan perbedaan model-model umum pendekatan
pembelajaran berdasarkan aspek psikologis;
3.Menguraikan pendekatan dalam segi proses belajar
(CBSA);
4. Memberikan contoh penerapan pendekatan inspiratif dalam pembelajaran seni rupa;
5.Menggambarkan secara skematik hubungan penggunaan
pendekatan dengan metode yang digunakan;
6.Menjelaskan manfaat metode mencontoh dalam pembelajaran
seni rupa;
7.Menguraikan perbedaan pelaksanaan metode kerja kelompok
paduan dan kumpulan
PEMBAHASAN
Pendekatan pembelajaran SENI RUPA
A. MEMILIH PENDEKATAN DALAM PROSES PEMBELAJARAN
Memilih
suatu pendekatan dalam pendidikan seni hendaknya mengacu kepada misi dan tujuan
pendidikan seni, karakteristik siswa, jenis dan karakteristik bahan ajar, dan
lingkungan belajar.
Misi pendidikan seni yang
utama adalah mengembangkan kepekaan rasa, dengan tujuan agar terbentuk manusia
yang memiliki kepribadian seimbang secara jasmani-rohani, mental-spiritual, dan
intelektual-emosional. Pelaksanaan pendidikan seni rupa pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah harus mempertimbangkan bahwa pendidikan seni sebagai wahana
bermain yang bermuatan edukatif dan membangun kreativitas. Jika kita
menggunakan pendidikan seni sebagai
sarana pendidikan, maka pendekatannya pun harus sesuai dengan tujuan penciptaaan seni,
meskipun seninya tidak kita tempatkan sebagai tujuan pendidikan.
Jenis dan karakteristik
bahan ajar dapat dipilah-pilah antara bahan ajar seni rupa/kerajinan yang
bersifat teori, ada yang bersifat praktik pelatihan (drill) penguasaan
kecakapan teknis-motorik, ada yang mengembangkan kemampuan berekspresi-kreatif,
ada yang menekankan pengembangan apresiasi. Secara garis besar, dapat pula
dibedakan antara “belajar pemertahanan” (maintenance learning) dan
“belajar inovatif” (innovative learning) (Botkin, 1984).
Pendidikan Seni Rupa dapat
mencakup kognisi, apresiasi dan berkreasi. Kegiatan kognisi dan apresiasi
memberi bekal kepada anak untuk mengenal dan memahami pengetahuan kesenirupaan,
seperti: mengenal unsur-unsur dasar seni, prinsip-prinsip seni, fungsi
seni, hubungan seni dengan kehidupan
masyarakat. Kegiatan kreasi dalam pelaksanaannya memberikan kebebasan berekspresi
dan memberikan saluran emosi serta
memiliki peran dalam mengembangkan mental-spiritual anak-anak. Kehadiran mata
pelajaran ini dipandang perlu agar terciptanya manusia Indonesia yang tidak
hanya dijejali dengan pengembangan logika saja, tapi aspek rasa (estetika)
serta serta budi pekerti (etika)
terintegrasi dengan baik.
Pada dasarnya, jika kegiatan
belajar itu dilakukan di dalam kelas, maka prinsip-prinsip pengelolaan kelas
tentulah berlaku secara umum. Untuk memantapkan pemahaman, berikut ini akan
diulas lagi pendekatan yang relevan untuk pembelajaran seni rupa/kerajinan
tangan, yang membutuhkan ketekunan minat peserta didiknya.
Pemilihan pendekatan selain
perlu memperhitungkan tujuan belajar seperti tersebut di atas, juga perlu
memperhatikan sifat hasil karya yang akan dibuat atau dipelajari. Ada hasil
karya seni rupa/kerajinan tradisional yang
membutuhkan ketelitian dan ketekunan karena membuat bentuk-bentuk secara
berulang-ulang dan pula karya-karya seni rupa/kerajinan yang inovatif-kreatif
dengan mencoba melakukan inovasi dan modifikasi bahkan penciptaan karya
yang baru yang dipandang sebagai karya seni rupa modern.
Kecenderungan umum untuk
melakukan pembelajaran terhadap karya-karya tradisional daerah yang biasanya
melanjutkan kebiasaan lama seperti membuat hasil karya seni/kerajinan ukiran
atau anyaman sebagai warisan nenek moyang atau kerajinan lokal/etnis yang sudah
berjalan turun-temurun. Dalam proses pembuatan karya tersebut perlu mengetahui
aturan-aturuan yang digunakannya serta perlu memiliki ketekunan dan ketelitian
dalam proses pengerjaannya, namun sedikit aspek inovatif dan kreativitas yang
di latih. Sementara dalam pembelajaran seni rupa dan kerajinan tangan seperti pembuatan desain dan seni rupa modern
yang inovatif dan kreatif, kegiatan yang memanfaatkan temuan-temuan baru untuk
diolah dan disesuaikan dengan kondisi setempat atau melakukan penciptaan bentuk-bentuk baru.
1.Pendekatan Umum dari Aspek Manajerial
Tiga pendekatan yang
dikenal, yaitu: (1) pendekatan otoritatif, (2) pendekatan permisif dan (3)
pendekatan demokratis dapat dipilih untuk disesuaikan dengan kebutuhan belajar.
a.Pendekatan Otoritatif
Pendekatan ini menekankan pada disiplin dan penegakan
kewibawaan. Cara ini penting untuk melatih dan membina aspek kedisiplinan,
ketelitian, prosedur/teknik pembuatan karya tertentu. Ada kegiatan-kegiatan
belajar dan aturan kerja yang harus diikuti untuk mencapai sasaran
tertentu. Pebelajar tidak bisa berlaku dan bekerja seenaknya.
Dalam pelaksanaannya, pendekatan otoritatif dapat
digabungkan dengan pendekatan
kompetensi, misalnya untuk pebelajar menghasilkan sejumlah barang dengan
kualitas minimal tertentu dalam jangka waktu tertentu. Di pusat-pusat industri
kerajinan misalnya, yang sudah menghasilkan barang untuk diekspor perlu dilatih
para calon pekerja melalui sistem magang. Karena ketatnya persaingan dan aturan
perdagangan (ada kendali mutu dan perlu tepat waktu), maka disiplin kerja harus
ditanamkan pemagang yang kelak mungkin menjadi tenaga kerja di perusahaan
tersebut. Dalam proses pembelajaran kerajinan tangan, pendekatan otoritatif juga digunakan untuk pembelajaran yang
memerlukan disiplin penggunaan alat misalnya :
- Menggunakan dan memelihara alat-alat. Ada
alat-alat harus dipelihara dan digunakan menurut cara yang benar. Jika tidak,
alat akan rusak atau membahayakan. Contoh: bagaimana menggunakan gergaji dan
ketam serta pahat, bagaimana menyimpannya.
- Mencapai
penguasaan tertentu. Misalnya, setiap peserta didik harus bisa mencapai mutu
tertentu dalam kerapihan anyaman atau ukiran. Jika belum dicapai harus dilatih berulang terus.
b.Pendekatan Permisif
Jenis pendekatan ini menekankan pada segi kebebasan
penuh terhadap anak didik. Kebebasan adalah hak setiap orang. Belajar
itu sendiri berlangsung dalam diri masing-masing, tak dapat dipaksakan. Hasil
belajar dianggap akan optimal jika sesuai dengan minat dan keinginan peserta
didik. Oleh sebab itu, menurut pandangan ini, jangan ada pengarahan-pengarahan
atau petunjuk-petunjuk.
Pendekatan permisif digunakan sewaktu-waktu untuk memberi
kesempatan peserta didik menciptakan bentuk baru atau mencoba bahan baku.
Misalnya, pembelajaran kerajinan membatik teknik ikat celup untuk siswa kelas
Sekolah Dasar; setiap siswa dibolehkan menciptakan sendiri bentuk-bentuk baru.
Contoh lainnya, dalam kegiatan menggambar ekspresi (menggambar bebas). Namun
sesungguhnya pendekatan permisif penuh jarang dilakukan, karena ada saja
keharusan mentaati aturan kerja atau ada saat-saat siswa perlu petunjuk
instruktur.
c. Pendekatan demokratis
Pendekatan ini bertumpu pada
pandangan bahwa tiap orang memiliki hak untuk menyatakan pendapat. Berbeda
dengan pendekatan permisif, gagasan pendekatan demokratis tidak menghendaki
kebebasan penuh, sebab kebebasan seseorang harus juga memperhatikan kebebasan
orang lain dalam kehidupan bermasyarakat.
Pendekatan demokratis lebih cocok digunakan sebagai
kebijakan umum, terutama jika mengingat bahwa peserta didik adalah manusia
dewasa yang sudah memiliki kesadaran diri dan kesadaran sebagai warga negara. Setiap warga negara atau peserta
didik dapat mengajukan gagasannya dalam rangka memperbaiki mutu hasil karya. Mereka hanya akan senang belajar dalam suasana
kondusif-demokratis. Peran guru dalam hal ini sebagai fasilitator dan
dinamisator.
2. Pendekatan Umum dari Aspek Psikologis
Proses pembelajaran merupakan peristiwa yang kompleks
yang melibatkan perasaan, prilaku, dan interaksi sosial. Pendekatan umum dari
aspek psikologis dikenal: pendekatan iklim sosio emosional, pendekatan
pengubahan tingkah laku dan pendekatan proses kelompok.
a. Pendekatan Iklim Sosio Emosional
Model pendekatan ini
mengutamakan penyediaan iklim belajar yang kondusif, penerimaan peserta didik
sebagaimana adanya, serta menghargai perbedaan individual.
Guru dalam memainkan peran dan tugasnya harus pandai
menempatkan diri sebagai teman siswa. Guru memang perlu terlibat merasakan
pengalaman dan perasaan anak-anak dalam proeses berkarya atau pembelajaran
sehingga anak-anak tidak merasakan takut dan segan melainkan mersa senang dan
bersahabat dengan guru dalam memngikuti prorses pembelajaran di dalam maupun di
luar kelas. Selain itu pula guru juga akan mudaah mengukur apakah beban tugas
yang diberikan kepada siswa itu terlau berat atau terlalu mudah. Hal ini dapat
diperoleh dari keterlibatannya dengan siswa.
b. Pendekatan Pengubahan Tingkah Laku
Menekankan pada pemikiran bahwa tingkah laku dapat diubah
melalui cara-cara tertentu. Ada beberapa kiat yang dianjurkan. Kiat utama yang
dianggap efektif adalah: penguatan (reinforcement). Prinsipnya, suatu
perilaku atau prestasi yang baik jika diberi penguat, baik material maupun non
material (seperti hadiah & penghargaan, kata-kata pujian, anggukan kepala)
pada masa berikutnya perbuatan/prestasi itu akan diulangi kembali atau bahkan
menjadi lebih baik.
Kiat kedua adalah hukuman. Hukuman dipandang berguna
untuk mengurangi perilaku/prestasi
buruk. Dalam pembelajaran latihan motorik misalnya, orang akan bergiat
terus-menerus jika dari kegiatannya itu ia memperoleh insentif yang memuaskan.
c. Pendekatan
proses kelompok
Menekankan pada pembentukan kelompok yang erat (kohesif).
Kelompok yang bekerja sama secara erat akan menghasilkan nilai lebih. Kelompok
bukan sekedar penjumlahan dari individu-individu, tetapi kesatuan yang memiliki
kekuatan. Pendekatan ini ditunjang oleh psikologi massa khususnya dinamika
kelompok.
Manfaat yang diperoleh dari kegiatan kelompok adalah
membina kerja sama di antara siswa dalam menyesaikan permasalahan bersama.
Dalam hal ini mereka saling melakukan interaksi dan sekaligus saling mengenal
lebih dekat mengenai kekuatan dan kekurangan fotensi yang dimilikinya sehingga
diharapkan saling mangisi, saling membantu dan mentolelir antara yang satu
dengan yang lainnya.
Pendekatan-pendekatan ini dapat dipilih secara silih
berganti sesuai keperluan; bisa jadi pula suatu proses kegiatan menggunakan
beberapa pendekatan. Maka kita katakan bahwa pendekatan eklektik (gabungan)
adalah cocok digunakan.
3.Pendekatan dalam segi proses belajar
a.Pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif).
Pendekatan CBSA
didasarkan kepada prinsip-prinsip antara lain (Preston, 1986):
- peserta didik membutuhkan setting belajar yang
cocok
- motivasi belajar yang terarah kepada tujuan
dapat meningkatkan efektivitas
belajar
- belajar didukung oleh reinforcement
- insight (pemahaman) diperoleh melalui discovery (penemuan
oleh diri sendiri)
- peserta didik membuthkan kesempatan untuk
mempraktekkan dan mereview apa yang dipelajarinya.
Untuk mempelajari materi
baru, diperlukan adanya sejumlah pengalaman dasar melalui kegiatan membaca,
observasi, mendengarkan informasi lainnya. Dalam hal ini motivasi belajar
sangat diperlukan. Penguatan belajar melalui
ulangan dan latihan (resitasi, aplikasi, drill) akan memantapkan penguasaan
belajar
b.Pendekatan Keterampilan Proses
Pendekatan keterampilan proses menekankan pembentukan
keterampilan memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikannya. Keterampilan
meliputi makna yang luas, meliputi segi fisik/perbuatan, psikis/mental dalam
bentuk oleh fikir dan sikap--termasuk kreativitas--, serta sosial budaya
(pendayagunaan lingkungan), yang difungsikan untuk mencapai hasil tertentu.
Guru dapat memberi stimulasi
untuk penciptaan model-model inovatif. Pendekatan yang sering dipakai biasanya pendekatan Inspiratif, pendekatan
analisis hasil karya dan pendekatan empatik
1) Pendekatan
Inspiratif
Pelaksanaan pendidikan seni rupa pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah harus memperhatikan
dan mempettimbangkan bahwa pendidikan seni sabagai wahana bermain yang
bermuatan edukatif dan membangun kreativitas. Jika kita menggunakan pendidikan
seni sebagai sarana pendidikan, maka
pendekatannya pun harus sesuai dengan
tujuan penciptaaan seni, meskipun seninya tidak kita tempatkan sebagai tujuan
pendidikan. Pendekatan yang yang utama dalam pembelajaran pendidikan seni
rupa ialah pendekatan inspiratif.
Karya seni merupakan curahan emosi yang diberi bentuk
yang indah dan kreatif. Karya ini lahir dari keharuan, dari hari nurani yang
paling dalam. Bagi dunia anak, jenis pendekatan inspiratif ini diharapkan dapat
menggugah keharuan anak untuk
mencurahkan ekspresinya ke dalam bentuk karya seni. Bentuk penggugah keharuan yang oleh Lansing disebut dengan istilah stimulation
dan cultural stimulation yang terdiri dari: Direct experience as
a form stimulation (pemberian rangsangan melalui pengalaman), Verbal
stimulation (perangsangan malalui cerita/dongeng), Art material as
stimulation (perangsangan melalui bahan), dan Audio-visual aids as
stimulation (perangsangan melalui media audio visual).
Upaya untuk melakukan stimulasi tesebut secara
praktis dapat di tinjau berdasarkan
secara klasikal dan individual serta dapat ditinjau pula
berdasarkan rangkaian peristiwa atau
kejadian yang memancing kaharuan anak yang berlangsung secara rutin maupun
insidental.
Berdasarkan tabel di atas
kita melihat adanya empat kemungkinan
gabungan antara keempat jenis stimulasi yang kadang-kadang disebut sebagai
pemancing kreativitas atau perangsang
daya cipta. Kemungkinan gabungan tersebut adalah:
(a) Stimulasi klasikal-rutin
(b)Stimulasi individual-rutin
(c)Stimulasi klasikal-insidental
(d)Stimulasi individual-rutin
Untuk memperjelas keempat
stimulasi daya cipta seni, berikut ini akan
dipaparkan secara singkat pengertian dan beberapa contohnya.
a. Stimulasi
klasikal-rutin
Jenis stimulasi ini paling
memungkinkan ditetapkan dalam penyusunan rencana pembelajaran di sekolah. Hal
ini disebabkan semua anak dalam satu kelas akan menghayati keadaann, kejadian,
atau peristiwa yang sama (yang dijadikan stimulasi). Kejadian atau peristiwanya
dapat diramalkan karena berlangsung rutin.
Acara sekolah yang sudah
tercatat pada kalender sekolah merupakan
peristiwa yang datangnya rutin dan bersifat klasikal. Begitupun hari-hari besar kenegaraan yang biasa
diperingati di sekolah, seperti Hari Pahlawan, Hari Pendidikan Nasional,
Proklamasi Kemerdekaan, Lebaran dan sebagainya merupakan sejumlah rencana pokok
bahasan yang berdasar pada stimulasi rutin.
Berikut ini contoh-contoh
tema menggambar, yaitu: “Pameran Kelas”, “Kenaikan Kelas”, “Merancang Gapura
HUT RI”, “Lomba Lukis Hardiknas”, “Membuat Kartu Lebaran”, dan sebagainya. Yang
penting bagaimana kita dapart mengkorelasikan
suatu peristiwa yang mengacu pada
GBPP. Pengolahannya tentunya tergantung dari keluwesan dan kreativitas guru
yang bersangkutan.
b. Stimulasi klasikal-insidental
Stimulasi ini dapat berasal
dari kejadian-kejadian yang terjadi secara insidental (sektu-waktu yang tidak
diduga sebelumnya). Contoh dari jenis stimulasi ini dapat berjudul: “Ketika
Gempa”, “ Perkenalan dengan Ibu Guru Baru”, “Perpisahan dengan Kepala Sekolah”,
“Kawan Baru Kami”, “ Kelas Kami Jadi Juara Kebersihan dan Keindahan”, dan sebagainya. Judul-judul tersebut merupakan serangkaian peristiwa yang dialami
secara klasikal namun kejadiannya berlangsung secara insidental.
Dari kejadian ini dapat
diambil bahan inspirasi bagai kita dalam menstimulasi anak-anak untuk mencipta
karya seni. Dalam pelaksanaannya dapat berupa cerita, tarian, nayanyian atau
bentuk lain yang dapat membangkitkan inspirasi berkarya seni rupa.
c. Stimulasi
individual-rutin
Stimulasi individual rutin
adalah pengalaman atau peristiwa yang dialami anak secara perorangan.
Pengalaman atau peristiwa itu datang
secara rutin. Contoh judul sebagai perangsang daya cipta pada jenis stimulasi
ini diantaranya: “Ulang Tahun”, “Pergi ke Sekolah”, “Kegiatan Sore Hari”, “Liburan Sekolah di Kampung Halaman”,
“Membantu Ibu di Rumah”, “Mengasuh Adik”, dan sebagainya. Masing-masing anak pernah mengalami hal yang sama, namun
pengalaman yang berbeda.
d. Stimulasi individual-insidental
Stimulasi ini berguna
untuk menggugah pengalaman perorangan yang bersifat sewaktu-waktu.
Contoh judul yang erat kaitannya dengan jenis pendekatan ini diantaranya:
“Ketika Aku Sakit Gigi”, “Aku Juara Kelas”, “Ayahku Wafat”, “Adik Kecilku
Lahir”, dan sebagainya. Jenis stimulasi ini dihubungkan dengan terjadinya
kesulitan pada individu tertentu yang tidak bisa distimulasi secara klasikal.
Disini peranan guru sangat penting dalam upaya menumbuhkembangkan pribadi anak
didik yang mandiri, memiliki kepercayaan diri dalam mengatasi semua permasalahan
belajar.
Dari keempat jenis stimulasi ini diharapkan anak tidak lagi
diajak untuk hanya ”Menggambar bebas…!” pada setiap saat berhadapan dengan seni
rupa. Kebebasan berkarya seni rupa akan mudah bila diidahului oleh pengantar
guru untuk mencoba memulai dan belajar berkarya seni rupa.
2)Pendekatan Analisis
Menurut Purwatiningsih
(1996: 11) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan pendekatan ini berkaitan dengan pembimbingan bahan
penikmatan kerajinan/seni. Yang termasuk pendekatan jenis ini adalah:
(a) Pendekatan analisis induktif: merupakan kegiatan
perorangan dalam menganalisis karya kerajinan/seni yang artistik berdasarkan
penalaran, yang bergerak dari hal-hal khusus ke hal-hal umum.
(b)Pendekatan Interaktif: adalah pendekatan induktif yang
dilakukan oleh kelompok dengan cara diskusi.
(c)Pendekatan Deduktif: Merupakan kegiatan perorangan
dalam menganalisis karya seni berdasarkan dari prinsip-prinsip yang umum ke
yang khusus
3)Pendekatan Empatik
Pendekatan ini mengajak
siswa untuk mengahati hal atau peristiwa berupa benda seni atau peristiwa
kesenian lainnya untuk ikut haru dan merasa dirinya masuk dan ikut serta (felling into) pada karya yang
dilihatnya.
3.Pendekatan dipandang dari Aspek Sasaran (Tujuan Akhir)
Pendekatan yang kini dipopulerkan adalah pendekatan
kompetensi. Inti pandangannya adalah tujuan akhir dari pembelajaran harus
tercermin dari kompetensi lulusan. Setiap bahan ajar yang dipilih serta metode
dan media yang digunakan harus diarahkan kepada pembentukan kompetensi siswa.
Gagasan ini tampaknya didorong oleh hasrat perlunya
menyiapkan sejak dini pembentukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki
kemampuan handal, kompetitif, khususnya menghadapi persaingan global masa
depan.
Pendekatan kompetensi sesungguhnya sudah agak lama
dikenal dalam sistem pendidikan guru, yang dikenal dengan PGBK (Pendidikan Guru
Berdasar Kompetensi). Dalam bidang seni, pendekatan kompetensi menjadi bahan
pembahasan dan disepakati sebagai acuan bagi penyelenggaraan pembelajaran seni di Indonesia. Dengan
demikian untuk setiap jenjang pendidikan, perlu ditetapkan kompetensi apa yang
harus dikembangkan. Misalnya, kompetensi untuk Sekolah Dasar (berdasarkan
sumber-sumber dokumen Seminar dan Lokakarya Nasional Pendidikan Seni di
Jakarta, April 2001).
PENUTUP
A.Rangkuman
Pemilihan metode dan pendekatan dalam proses pembelajaran
ditetntukan oleh tujuan dan jenis materi yang akan diajarkan. Selain itu faktor
siswa juga menjadi faktor yang menentukan dalam menggunakan suatu pendekatan
dan metode yang tepat agar proses pembelajaran tepat sasaran.
Pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran seni
rupa terdiri dari: 1. Pendekatan manajerial, yaitu: a. pendekatan
otoritatif, b. pendekatan permisif, dan c. pendekatan demokratis dapat dipilih
untuk disesuaikan dengan kebutuhan belajar; 2. Pendekatan dari aspek
psikologis dikenal: a. pendekatan iklim sosio emosional, b. pendekatan
pengubahan tingkah laku, dan c. pendekatan proses kelompok; 3. Pendekatan
dalam segi proses belajar, yang termasuk pendekatan ini adalah Pendekatan
CBSA, Pendekatan Keterampilan proses (inspiratif, analisis dan empatik), dan
pendekatan kompetensi.
B.Saran
DAFTAR PUSTAKA
Abdul
Ghafir, d. S. (1981). Metodik Khusus Pendidikan Agama. Surabaya: Usaha
Nasional.
Hasan,
M. (2009). Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Yogyakarta: Diva Press.
Johnson,
J. L. (2011). Pendidikan Anak Usia Dini dalam berbagai pendekatan (V
ed.). Jakarta: Kencana.
Majid,
A. A. (2003). Mendidik Anak Lewat Cerita Dilengkapi 30 Kisah. Jakarta:
Mustaqiim.
Noorlaila,
I. (2010). Panduan Lengkap Mengajar Paud. Yogyakarta: PINUS BOOK
PUBLISHER.
Noorlaila,
I. (2010). Panduan Lengkap Mengajar PAUD Kreatif Mendidik dan Bermain
Bersama Anak. Yogyakarta: PINUS BOOK PUBLISHER.
Patmonodewo,
S. (2000). Pendidikana Anak Prasekolah. Jakarta: PT.Rineka Cipta.
R, M.
(1999). Metode Pengajaran Di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: PT.Rineka
Cipta.
Santrock,
J. W. (2007). Perkembangan Anak. Boston: Mc. Graw Hill.
Siregar,
E. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran. bogor: Ghalia Indonesia.
Soemiarti.
(2005). Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar